Saturday, January 31, 2015

Mengkritik Karya Sastra Cerpen "Bekas Luka" Karya Pratiwi Syarif

MENGKRITIK KARYA SASTRA 
(Kritik New Critism) 
Oleh: Abdul Razak

Karya sastra yang saya kritik adalah cerpen yang berjudul ”Bekas Luka” yang diambil dari sebuah Antologi Cerpen karya Pratiwi Syarif. Untuk mudahnya, baiklah di bawah ini akan dikutip kembali Cerpen tersebut secara lengkap.  


BEKAS LUKA
Oleh: Pratiwi Syarief


Aku adalah seorang perempuan yang untuk pertama kalinya merasakan jatuh cinta pada seorang lelaki yang tidak tepat. Lelaki yang usianya jauh lima tahun di atasku, lelaki yang kuanggap dewasa meski ternyata ia begitu posesif. Bagaimanapun juga setiap orang memiliki masa lalu dalam hidupnya, seburuk apapun itu. Dan masa lalu itu tak bisa diterima oleh Dony, bahkan setiap kali ia melihat kakiku ia selalu merasa bercinta di neraka.

Ini tentang kisahku bersama Gun, meski hanya sebatas pacar pertama, namun kenangan bersama Gun bukan lagi melekat erat dalam benakku, tapi juga membekas dalam ragaku. Perkenalanku dengan Gun biasa saja, bahkan tak ada yang istimewa, kami berjumpa di sebuah pentas seni yang didesak-desaki pengunjung. Lalu semuanya mengalir begitu saja.

Yang menarik, usia kedekatanku dengan Gun hanya seumur jagung, namun membuahkan masalah, saat itu Gun memboncengi aku ke sebuah pasar kaget, kami bersantai di sana sambil menikmati riuh suara pedagang yang memuji dagangannya. Lalu perjalanan pulang saat itu, Gun dan aku mengalami kisah naas. Motor kami tertabrak, lalu kakiku masuk dalam terali ban motor kemudian ikut menyeretku ke dalam sebuah selokan sepanjang 500 meter. Tentu saja kakiku waktu itu patah, berjalan pun tak lagi sesempurna dulu, juga meninggalkan bekas luka, Aku terpaksa memakai tongkat.

Selama berbulan-bulan aku membawa keadaan itu, dalam kondisi kaki yang cacat dan aku terputus dengan pergaulanku yang akrab dan hangat bersama teman-temanku.

Gun saat itu meninggal, tak bisa tertolong nyawanya apalagi saat ia terlempar ke tengah jalan lalu sebuah truk menindasnya. Hancur seluruh raganya, dan aku tak ingin lagi mengingatnya. Mengerikan sekali, bahkan aku menyebut jalan itu jalan korban 40.000 jiwa. Sudah banyak korban yang tak terselamatkan, konon jalan itu sungguh keramat. Setiap kali kita berniat melewati jalan itu, sudah seharusnya mengucapkan salam, membunyikan klakson sebagai pertanda bahwa kita menghormati penunggu jalan atau mungkin sebagai simbol kita permisi untuk melewati jalannya.

Seperti itulah kisah yang terjadi setahun yang lalu, namun Dony tak mau tahu dengan kejadian itu. Baginya kakiku yang meninggalkan bekas luka membuatnya tidak nyaman berada di dekatku, apapun caranya. Dony memaksaku untuk menghilangkan bekas luka itu. Karena semakin ia melihatnya semakin ia merasa bahwa aku masih selalu mengingat Gun. Jujur saja, bekas luka itu sama saja seperti tanda lahir yang tak bisa terelakkan dan kuhindari. Dony, orang yang membuatku tak lagi memikirkan dunia luar tak berhenti mendesakku, apapun caranya bekas lukaku mesti lenyap dari ujung matanya.

Sesungguhnya aku gerah dengan lelaki yang mengekangku itu, namun hatiku terpaut jauh melangkah mencintainya. Bukan hanya jiwa, tapi kesucianku yang direnggut, Dony tak bisa membuatku lari ataupun berkelik menanggapinya. Yang ada di pikiranku, bagaimana bisa membuat Dony bahagia meski ia tak pernah berhenti menyakitiku, bagaimana caranya aku menghentikan pertengkaran dan kekasaran Dony kepadaku, entahlah.

Di ujung sore yang mendung, Dony menjemputku. Mungkin ini batas terakhir kesabarannya menunggu bekas luka yang sungguh tak enak dipandangan dan hatinya segera berlalu. Namun aku tak tahu, dengan cara apa aku harus menghilangkan bekasnya. Jika tak kuhilangkan, satu tamparan akan melayang ke pipiku, kadang juga tendangan ke mata dan pelipisku. Sakit. Baru kali ini aku jatuh cinta, namun cinta yang membuatku terjebak pada orang yang sangat tempramen. Aku sendiri tak pernah merasa kehilangan cintaku untuk Dony hanya karena masa lalunya bersama wanita lain. Karena cintaku untuk hari ini dan esok, bukan untuk yang kemarin.

Pada suatu ketika yang biasa, Dony menghujam mataku dengan kepalan tinju di tangannya, nyaris aku kehilangan penglihatan bahkan putih di mataku kini memerah. Seperti darah itu ingin membuncah dari bola mataku yang sungguh mendung. Aku tenang saja menerima perlakuan yang sudah biasa, sudah menjadi santapanku. Bodohnya aku, namun aku takut tak ada lagi lelaki yang mau menerimaku dalam keadaan kehilangan sari. Akhirnya di ujung deritaku, aku pun mencoba hal terburuk di dunia ini, mungkin tidak dengan mengoperasi bekas luka di kakiku, tapi aku menempelkan sebuah strika panas dengan harapan bekas luka itu bisa tertutupi. Kini di kakiku luka di atas bekas luka, tak tahu lagi harus kulenyapkan dengan apa. Yang aku tahu aku mencintai orang yang salah. Bekas luka itu tak hanya sebatas di kakiku, tapi kini menjalar ke jantung hatiku.

Kritik New Critism

fokus kritikan yang akan saya kaji pada kritik New Critism ini adalah unsur intrinsik cerita pendek (cerpen) yaitu:

1. Tokoh dan karakter tokoh/penokohan

Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan atau karakter menunjukkan pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seseorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum, kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca. Adapun tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik. Tokoh antagonis merupakan penentang tokoh protagonis.

  1. Tokoh protagonis dalam cerpen “Bekas Luka” karya Pratiwi Syarif adalah: Aku
  2. Tokoh antagonis dalam cerpen “Bekas Luka” karya Pratiwi Syarif adalah: Dony
Penokohan/Sifat/Karakter/Perwatakan Tokoh
Ada 2 teknik untuk memperlihatkan penokohan / perwatakan yaitu :

  1. Melalui teknik analitik (menyebutkan secara langsung)
  2. Melalui teknik dramatik (secara tidak langsung)

Penokohan/Sifat “Aku” dalam cerpen “Bekas Luka” karya Pratiwi Syarif di atas adalah: percaya pada hal mistik, setia dan penyayang pada suami, sosok istri yang sabar, walaupun pada akhirnya karena ketakutan yang dibuatnya sendiri, ia mengambil jalan pintas dengan menyetrika bekas lukanya.

Penokohan/Sifat “Dony” dalam cerpen “Bekas Luka” karya Pratiwi Syarif di atas adalah: Seorang suami yang temperamen (pemarah), tidak bertanggung jawab, dan tidak bisa menerima kenyataan hidup sehingga dia memperlakukan istrinya secara tidak manusiawi.


2. Latar (setting)

Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret (nyata) dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Latar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.

Latar (Setting) dalam cerpen “Bekas Luka” dapat dianalisis berdasarkan kalimat-kalimat dalam cerpen tersebut, yaitu:

  • Latar tempat: di jalan raya (Lalu perjalanan pulang saat itu, Gun dan aku mengalami kisah naas. Motor kami tertabrak), di pasar (Gun memboncengi aku ke sebuah pasar kaget, kami bersantai di sana sambil menikmati riuh suara pedagang yang memuji dagangannya)
  • Latar waktu: Pagi hari (Gun memboncengi aku ke sebuah pasar kaget) pasar kaget biasanya pada pagi hari. Sore hari (Di ujung sore yang mendung, Dony menjemputku)
  • Latar suasana: ramai (kami berjumpa di sebuah pentas seni yang didesak-desaki pengunjung), gerah (Sesungguhnya aku gerah dengan lelaki yang mengekangku itu), mendung (Di ujung sore yang mendung, Dony menjemputku)
3. Alur (plot)  
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan kenapa hal ini bisa terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasanya disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagian-bagian cerita, yakni sebagai berikut.

a) Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian. Urutan peristiwa tersebut meliputi:

  • Mulai melukiskan keadaan (situation);
  • Peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses);
  • Keadaan mulai memuncak (rising action);
  • Mencapai titik puncak (klimaks);
  • Pemecahan masalah/penyelesaian (denouoment);
b) Pengarang menyusun peristiwa secara tidak berurutan. Pengarang dapat memulai dari peristiwa terakhir atau peristiwa yang ada di tengah, kemudian menegok kembali pada peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya. Susunan yang demikian disebut alur mundur.

Alur : jalur cerita atau rangkaian jalannya cerita. Pententangan atau konflik.

Ada lima tahapan dalam alur :

  • Perkenalan,
  • Penanjakan,
  • Klimaks
  • Puncak klimaks, dan
  • Anti klimaks atau penyelesaian.
Alur ada 3 yaitu: alur maju, alur mundur, dan alur campuran.

Alur yang digunakan dalam cerpen “Bekas Luka” adalah alur campuran alasannya karena tokoh “Aku” menceritakan kembali (flash back) peristiwa yang pernah dialami ketika jatuh dari motor bersama Gun.

4. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut?

Ada beberapa macam sudut pandang, diantaranya sudut pandang orang pertama (gaya bahasa dengan sudut pandang “aku”), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.

Sudut Pandang yang digunakan dalam cerpen “Bekas Luka” karya Pratiwi Syarif adalah: Sudut Pandang Orang Pertama (SPO1) karena menggunakan kata ganti “Aku

“Aku adalah seorang perempuan yang untuk pertama kalinya merasakan jatuh cinta pada seorang lelaki yang tidak tepat”

5. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi (pilihan kata), penggunaan majas, dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapkan seorang pengarang terhadap karyanya.

Gaya bahasa dalam cerpen “Bekas Luka” yaitu: Yang menarik, usia kedekatanku dengan Gun hanya seumur jagung (Perumpamaan)

6. Tema


Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan.
 

Tema cerpen “Bekas Luka” karya Pratiwi Syarif adalah: Keluarga tokoh “aku” menceritakan kekerasan yang dialami keluarganya yang dilakukan oleh suaminya, karena suaminya tidak ingin melihat “bekas luka” istrinya akibat jatuh dari motor bersama mantan pacar.

7. Amanat
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan masalah atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita.

Amanat dalam cerpen “Bekas Luka” adalah: Kita harus menerima kenyataan hidup karena semua ini adalah ujian dan cobaan dari Allah Swt.