Friday, September 18, 2015

Sinopsis Novel "Bumi Manusia" Karya Pramoedya Ananta Toer

Sinopsis Novel Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer
Roman ‘Bumi Manusia’ sesungguhnya roman sejarah yang menggambarkan  perlawanan. Perlawanan kaum pribumi terdidik terhadap penjajah, dan kaum pribumi sendiri yang mempunyai kekuasaan: para kaum priyai. Perlawanan tersebut ditunjukkan oleh tokoh perempuan, Nyai Ontosoroh yang didukung oleh tokoh utama, Mingke, pada beberapa peristiwa yang digambarkan dalam cerita, terutama terhadap suaminya sendiri yang notabene adalah seorang Belanda, pejabat VOC.

Mingke sendiri adalah anak seorang bupati, yang mendapat kesempatan  bersekolah di sekolah Belanda, sekolah HBS di Surabaya. Dengan pendidikan yang ia dapatkan, perilaku dan gaya berpikirnya pun ikut kebarat-baratan. Selain kepada suaminya, Nyai Ontosoro juga melawan orang tuanya, yang telah tega mempersembahkan dirinya kepada seorang pejabat VOC (suaminya) untuk menjadi gundik.


Dalam situasi tersebut, sang Nyai berlaku keras memutuskan tali silaturahmi dengan kedua orang tuanya. Ia tak mengakui lagi kedua orang tuanya. Sementara Mingke, juga diam-diam melawan tradisi Jawa yang ia anggap tidak memanusiakan manusia. Menciptakan kelas sosial, dan cenderung merendahkan martabat perempuan. Keduanya terlibat dalam sebuah perjuangan, setelah Mingke resmi menikah dengan  putri Nyai Ontosoroh, Annelies. Perjuangan mereka dimulai setelah suami Nyai Ontosoroh, Tuan Herman Mellema, meniggal dunia dalam kondisi mengenaskan di sebuah rumah bordir milik baba Ahong, yang juga adalah tetangga mereka sendiri. Insinyur Maurits Mellema yang merupakan anak Herman Mellema dengan isteri  pertamanya di Nederland tiba-tiba kembali menghantui keluarga Nyai Otosoroh.


Sebagai anak pertama dari isteri pertama, ia keberatan dan menggugat. Ia menginginkan semua harta benda ayahnya sebagai warisan yang hanya untuknya. Mauritus berkeras karena ia adalah anak sah tuan Mellema dari hubungan yang sah  pula. Bukan seperti kedua saudara tirinya, yang lahir dari hubungan suami isteri yang tiak sah menurut negara dan agama. Gugatan yang dilayangkan Mauritus melalui  pengadilan putih ketika itu bukan hanya berbuntut pada harta warisan, tapi juga menghendaki Annalies untuk dibawah ke Nederland. Perlawanan atas gugatan Mauritus tersebut disambut hangat oleh media cetak.


Sebagai seorang siswa HBS yang tulisannya sudah menghiasi halaman-halaman koran, Mingke menggunakan tulisan-tulisannya sebagai alat perjuangan, untuk mempropaganda. Dalam tulisan-tulisannya, Minke mencoba membangun opini publik  bahwa perjuangan mereka melawan Mauritus di pengadilan, bukan hanya perjuangan  perebutan harta gono-gini dalam sebuah keluarga, tapi juga adalah sebuah perlawanan atas kuasa bangsa penjajah. Perjuangan yang penuh suka cita itu tak berbuntut baik. Orang-orang yang bersimpati untuk membantu Nyai Ontosoroh dan Mingke tak mampu  berbuat banyak. Akhirnya, pengadilan putih memutuskan kemenangan Mauritus sebagai penggugat. Ia menguasai semua harta ayahnya dan membawa adik tirinya, Annalies ke Nederland. 

Sinopsis Novel Tarian Setan karya Saddam Hussein

Sinopsis Novel Tarian Setan karya Saddam Hussein
Novel Tarian Setan
Judulnya  Tarian Setan, ini novel keempat Saddam. Sejak 2001, penguasa 24 tahun Irak itu menerbitkan satu novel setiap tahun. Semua novel menyajikan gaya dan tema yang senapas: perseteruan tiga agama langit di Timur Tengah pada abad ke- 6. Tarian Setan secara khusus mengaitkan diri dengan peristiwa "Selasa Kelabu", 9 September 2001, ketika dua pesawat Boeing 737 ditabrakkan ke menara kembar World Trade Center di New York, Amerika Serikat.

Ada sosok Hasqil si tamak, licik, dan haus kekuasaan yang bersekongkol dengan kepala suku adikuasa Romawi. Ada penaklukan suku-suku dan pemerasan rakyat yang menghasilkan menara kembar, tempat menimbun harta hasil memeras rakyat. Ada tokoh Salim, simbol pemersatu suku-suku melawan persekongkolan adikuasa.

Ibrahim kemudian mengusir Hasqil karena anak itu tertangkap meraba payudara dan akan memperkosa anak seorang kepala suku . Hasqil digambarkan sebagai anak yang pandai berkelakar, suka berdebat, cerdik memikat hati orang. Berkat wataknya itu, ia berhasil menyusup ke pelbagai suku. Tapi, di balik sikap menyenangkan itu, Hasqil sebenarnya berhati culas.

Untuk menghidupi dirinya ia berdagang emas dan alat perang. Agar barangnya laku, Hasqil mengadu domba suku-suku supaya berperang. Siapa yang kalah ke sanalah ia akan merapat seraya tetap menjalin hubungan baik dengan suku yang menang. Petualangannya sampai di suku al-Mudtharrah yang sedang berselisih dengan suku al-Mukhtarah. Hasqil datang untuk mempercepat peperangan.

Al-Mudhtharrah kemudian kalah. Hasqil menghasut warga agar mengasingkan kepala suku yang tak becus memimpin perang. Dengan dukungan Romawi, Hasqil diangkat menjadi kepala suku al-Mudhtharrah yang baru. Ia bahkan meniduri istri kepala suku yang silau dengan kalung dan berlian.

Tapi, selalu ada perlawanan dari setiap pemakzulan. Lazzah, anak gadis kepala suku, yang sejak awal mencium niat jahat Hasqil segera menyusun kekuatan. Ia mendekati para pemuda, memberi kesadaran kepada perempuan, agar bangkit semangat perempuan sukunya. Dia mulai dari teman-teman dekatnya, anak-anak pamannya untuk melawan. Kemudian muncul tokoh Salim yang tampil memimpin pasukan. Pertempuran sengit pun tak bisa dielakkan. Kekuasaan Hasqil dan Romawi runtuh dengan terbakarnya menara yang diagungkan.

Antologi Cerpen "Guruku Idolaku"

Guruku Idolaku
                                                                                    

Aku bangun pukul 04.30 lalu membereskan tempat tidurku kemudian salat Subuh. Sehabis salat Subuh aku langsung pergi mandi dan memakai seragam sekolah, kemudian sarapan pagi. Sehabis sarapan aku membereskan piring-piring yang sudah aku pakai ke dapur lalu berpamitan dengan ayah dan ibu. “Assalamu Alaikum” Ucapku “Walaikum Salam” Sahut ayah dan ibu pula.

Tiba di sekolah aku menyapa guru-guru yang telah datang dengan semangat “Pagi, Pak! Pagi Bu!” Ucapku “Ya pagi!” Serentak mereka menjawab.

Setiap mata pelajaran di sekolahku diajarkan oleh seorang guru. Pelajaran Matematika diajarkan oleh Ibu Faridah, Ibu Fatma, dan Ibu Nurismiyanti. Pelajaran Bahasa Indonesia oleh Pak Razak dan Pak Hasan. Bahasa Inggris oleh Pak Mahruddin, Ibu Wahyuni, dan Ibu Zakiyah. Pelajaran Agama Islam oleh Ibu St. Halimah. dan sebagainya.

Pelajaran yang paling aku sukai adalah bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Ada juga guru yang aku idolakan, yaitu Ibu Fatma dan Pak Razak. Ibu Fatma orangnya baik, tegas, cantik, dan cara mengajarnya jelas, bisa aku mengerti dengan baik. Pak Razak orangnya baik, murah senyum, dan tegas mengambil keputusan. Aku menyukai guru-guru itu dari sifat-sifatnya yang baik. Guru-guru di sekolah ini mempunyai beberapa karakter. Ada yang galak tapi cukup tegas. Ada yang galak sekali. Ada yang tidak galak tapi cukup tegas. Bahkan ada juga yang baik sekali. Ada guru yang suka melucu pada saat pelajaran berlangsung. Ada yang suka bercerita, ada yang suka mendiktekan pelajaran. Ada yang suka menyuruh siswa mengerjakan soal di papan tulis. Ada yang suka menyuruh siswanya membuat kelompok untuk berdiskusi, dan ada juga yang mengetes satu persatu siswanya ke depan kelas, dan ada juga..... yang kalu mengajar membuat kita mengantuk. Eittt! Jangan salah, loh. Meski para guru kita beragam, aku tetap hormat dan sayang sam mereka. Soalnya mereka semua sangat berjasa buat kita semua, para siswanya. Coba bayangkan setiap hari mereka datang dari pagi sampai siang bahkan sampai sore hari cuma untuk menyampaikan sekian banyak ilmu buat kita. Mereka tak henti-hentinya berbicara di depan kelas selama berjam-jam dari satu kelas ke kelas lain hanya untuk masa depan muridnya. Belum lagi kalau musim ulangan atau ujian tiba. Mereka harus menyiapkan soal-soal dan memeriksa hasilnya. Mereka juga seringkali harus menyelesaikan berbagai masalah ketika menghadapai para siswa.

Aku mempunyai teman bernama Azizah dan Nanang. Dia orangnya sangat baik. Dia orangnya sangat baik dan pengertian. Ada juga temanku yang nakalnya minta ampun, namanya Aris dan Fadil, mereka sering membuat kekacauan seperti berteriak di dalam kelas, main bola di dalam kelas dan selalu memalak teman-temanku. Eittt! bel sudah berbunyi itu tanda aku harus masuk kelas. Aku lalu duduk di bangku. Ketua kelas sudah datang dia menyiapkan dan membaca doa, lalu mengucapkan salam kepada Ibu Guru. Saat itu di kelasku, kelas VII3 sedang berlangsung pelajaran fisika, Bu Fatma gurunya. Kalau temanku Aris mulai bertingka dan mengganggu teman, misalnya Nisa, Bu Fatma menyuruhnya keluar dari ruangan kelas. Bu Fatma sedang menuliskan rumus fisika tentang Reaksi Penggabungan. Aku dan teman-teman sangat memperhatikan rumus yang ditulis Bu Fatma di papan tulis. Beberapa menit berlalu, temanku Nur, pingsan di kelas. Aku, Uga, dan Muntaha menolongnya. Kami membawanya ke ruang UKS untuk di rawat oleh petugas UKS.

Aku dan teman-temanku kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran. Fatimah, teman sebangkuku, malah main HP diam-diam. HP itu dimasukkan ke dalam laci mejanya supaya tidak terlihat Bu Fatma. Aku kesal banget. “Fat, main HP-nya nanti saja.” Bisikku pada Fatimah. Fatimah hanya mengerutkan kedua dahinya sambil melirik marah kepadaku. “Peduli amat.” Ia lalu memainkan HP-nya. “Nanti kamu ketinggalan, lho, rugi sendiri.” Ujarku dengan nada suara serendah mungkin. Agar aku tak ketahuan Bu Fatma pada saat dia mengajar. “Ah, gampang. Aku nanti tinggal membaca buku paketmu, selesai kan urusannya?” Jawab Fatimah ketus. Aku tambah kesal. “Memang kita bisa membaca buku paket di rumah, tapi kalau guru sedang menerangkan pelajaran seringkali ada informasi-informasi tambahan yang tidak ada dalam buku paket.” kataku setengah berbisik. Fatimah  hanya menundukkan kepala. Aku tak mengerti apa dia mau menerima nasehatku atau tidak. Bu Fatma tiba-tiba berhenti menerangkan, kukira dia mendengar pembicaraanku tadi. “Ada yang mau bertanya?” Kalau ada Ibu berikan kesempatan sekarang!” Aku mengacungkan tangan. “ Aku Bu, kataku bersemangat!” “Oh,..silakan Nurul!” Setelah Bu Fatma memberiku kesempatan untuk bertanya, aku pun tidak menyia-nyiakan. Aku menanyakan maksud ‘tanda tambah’ (+) dan ‘tanda panah’ (>). “Tanda tambah artinya direaksikan, sedangkan tanda panah artinya menghasilkan.” Bu Fatma menjelaskan maksud tanda panah dan tanda tambah yang aku tidak pahami. “Terima kasih, Bu” Jawabku. Kulihat Fatimah juga mengangguk-anggukkan kepalanya. Aku tidak tahu apa dia juga sudah memahami penjelasan Bu Fatma.

Ketika jam pelajaran berakhir, aku menegur Fatimah. “Fat, manfaatkanlah waktumu yang ada untuk belajar.” Pintaku kepada temanku Fatimah. Fatimah merasa malu dengan kata-kata yang baru saja kuucapkan. “Kita harus menghargai guru yang sudah bersusah payah menerangkan pelajaran kepada kita semua. “Kring, kring, kring!” Bel berbunyi tanda waktu istirahat. Aku dan teman-teman bermain di lapangan. Aku, Ugah, Ainun, dan Azizah bermain batu bekel sedang anak laki-lakinya bermain gasing. Memang teman-temanku yang laki-laki menyukai permainan tradisional. “Adu, perutku sudah keroncongan.” kataku kepada teman-temanku. Aku ingin makan somai dan tahu isi di kanting sekolahku. Sesudah makan somai dan tahu isi akupun membayarnya lalu buru-buru kembali ke kelas. Tiba-tiba Samin datang dan minta tolong padaku. “Ada apa Min?” tanyaku. “Ini tugas-tugas kelompok pelajaran bahasa Indonesia yang tadi dikumpulkan, harus cepat-cepat serahkan kepada Pak Razak, tolong kamu bawakan ke kantor ya?” kata Samin setengah terburu-buru. “Aku harus mengerjakan yang lain, ke koperasi sekolah buat mengkopi tugas matematika yang diberikan Bu Paridah.” Aku mengambil alih tumpukan tugas hasil kerja kelompok. Lumayan berat juga. Beberapa meter sebelum kantor guru aku kesandung, lalu jatuh. Semua buku yang kubawa terjatuh berantakan, untung Pak Razak datang dan langsung menolongku. “Kalau jalan lihat ke bawah, jangan lihat ke samping!” Aku jadi malu mendengar kata-kata Pak Razak. Mungkin dia memperhatikanku dari tadi.


Bel telah berbunyi aku cepat-cepat lari ke kelas karena mata pelajaran matematika, Bu Paridah telah datang dan duduk di kursinya. Kami diberi tugas kelompok yang difotokopi Syamin tadi pagi. Kami pun mulai mengerjakannya, tetapi temanku Alfrida tidak bekerja karena pulpennya hilang pada saat bermain aku kasihan melihatnya. Aku pun meminjamkan pulpenku kepada Alfrida dan dia pun mulai mengerjakan tugasnya. Waktu hampir habis, Bu Paridah menyuruh kami untuk memeriksa kembali jawaban yang kami tulis. Ibu Paridah mengumpul lembar jawaban setelah bel pulang sekolah berbunyi. Aku pulang sendirian hari ini karena teman-temanku dijemput orang tuanya. Aku juga ingin seperti mereka yang selalu dijemput oleh ibu atau ayahnya, “tetapi ibu dan ayahku sibuk bekerja dan aku tidak ingin merepotkannya.” kataku dalam hati. 

Tuesday, February 3, 2015

Menganalisis Puisi 'Pada Gelombang' Karya Tri Astoto Kodarie

MENGANALISIS PUISI
Oleh: Abdul Razak

"PADA GELOMBANG"
                                                  Karya: Tri Astoto Kodarie
biarkan kukabarkan pada burung-burung yang melintas
di warna kelam langit tanpa batas
lepaskanlah segera gelombang di tanganmu
yang kau genggam erat-erat sewaktu kita bertemu
wajahmu telah lama terdampar di pulau karang
kutahu ketika tangis air matamu mengerang
tapi masih kau dengar gemuruh gelombang
memercikkan buih di alis matamu yang bimbang
malam tak juga melepaskan dingin yang kau kirim
perahumu mengapung di punggung musim
sebab pelayaran telah menjelma menjadi benua tua
memainkan buih dengan senandung berair mata

ANALISIS STRUKTUR PUISI                                                                                                             "Pada Gelombang" karya Tri Astoto Kodarie dapat dilihat dari struktur fisik puisi yaitu, (1) Rima, (2) Diksi, (3) Majas, (4) Imaji, dan (5) Tifografi

(1) Rima
 Rima adalah persamaan bunyi yang terdapat pada larik-larik puisi. Puisi "Pada Gelombang" terlihat adanya rima akhir dan rima tengah. seperti pada bait pertama
biarkan kukabarkan kepada burung-burung yang melintas
di warna kelam langit tanpa batas
Rima akhir pada larik puisi di atas adalah bunyi (as) pada kata melintas (larik 1) dan kata batas (larik 2). Sedangkan rima tengah yaitu pada bunyi (kan) pada kata biarkan dan kabarkan (larik 1)

(2) Diksi
Diksi adalah pilihan kata pada puisi. Kata-kata yang dipilih dalam puisi yaitu kata-kata yang bermakna konotasi (bermakna ganda). Diksi puisi "Pada Gelombang" dapat dilihat pada larik "lepaskanlah segera gelombang di tanganmu" kata "gelombang" bukan makna sebenarnya tetapi konotasi dari "perasaan rindu atau kerinduan". Begitu pula kata "melintas", walaupun bersinonim dengan kata "lewat" tetapi bukan kata lewat yang dilih penyair karena mempertimbangkan unsur rima yaitu (as) pada kata "melintas" dan "batas".

(3) Majas
Majas adalah ungkapan dan gaya bahasa dalam puisi. Majas dalam puisi "Pada Gelombang" antara lain:
(a) Majas Personifikasi, yaitu majas yang mengumpamakan benda bukan manusia dapat berbuat seperti manusia. Seperti pada larik puisi
- malam tak juga melepaskan dingin yang kamu kirim
- perahumu mengapung di punggung musim
(b) Majas Asosiasi, yaitu tautan dalam ingatan pada orang atau barang lain; pembentukan hubungan atau pertalian antara gagasan, ingatan, atau kegiatan panca indra. Seperti pada larik puisi
- sebab pelayaran telah menjelma menjadi benua tua
(c) Majas Metafora, yaitu pemakaina kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya. Seperti dalam larik puisi
- lepaskanlah segera gelombang di tanganmu

(4) Imaji
Imaji adalah sesuatu yang dibayangkan dalam pikiran; bayangan. Imaji dalam puisi "Pada Gelombang" yaitu imaji visual (penglihatan) yaitu pembayangan pada seseorang yang sangat dirindukan, berdasarkan pengalaman sensasional (meransang perasaan). Seperti yang tergambar pada "burung-burung yang melintas",  "gelombang ditanganmu",  "alis matamu",  "perahumu mengapung", dan"benua tua". kesemuanya ini memberikan imaji visual.

(5) Tipografi
Tipografi adalah penataan larik dan bait pada puisi sehingga memberikan nuansa makna dan suasana tertentu. Tipografi puisi "Pada Gelombang" yaitu penataan baris pada setiap larik yang tidak sama atau beragam dan penempatan huruf kecil di awal larik menggambarkan perjalanan hidup seseorang yang dihadapkan pada beragam permasalahan sehingga harus meninggalkan orang-orang yang dikasihi.

Saturday, January 31, 2015

Mengkritik Karya Sastra Cerpen "Bekas Luka" Karya Pratiwi Syarif

MENGKRITIK KARYA SASTRA 
(Kritik New Critism) 
Oleh: Abdul Razak

Karya sastra yang saya kritik adalah cerpen yang berjudul ”Bekas Luka” yang diambil dari sebuah Antologi Cerpen karya Pratiwi Syarif. Untuk mudahnya, baiklah di bawah ini akan dikutip kembali Cerpen tersebut secara lengkap.  


BEKAS LUKA
Oleh: Pratiwi Syarief


Aku adalah seorang perempuan yang untuk pertama kalinya merasakan jatuh cinta pada seorang lelaki yang tidak tepat. Lelaki yang usianya jauh lima tahun di atasku, lelaki yang kuanggap dewasa meski ternyata ia begitu posesif. Bagaimanapun juga setiap orang memiliki masa lalu dalam hidupnya, seburuk apapun itu. Dan masa lalu itu tak bisa diterima oleh Dony, bahkan setiap kali ia melihat kakiku ia selalu merasa bercinta di neraka.

Ini tentang kisahku bersama Gun, meski hanya sebatas pacar pertama, namun kenangan bersama Gun bukan lagi melekat erat dalam benakku, tapi juga membekas dalam ragaku. Perkenalanku dengan Gun biasa saja, bahkan tak ada yang istimewa, kami berjumpa di sebuah pentas seni yang didesak-desaki pengunjung. Lalu semuanya mengalir begitu saja.

Yang menarik, usia kedekatanku dengan Gun hanya seumur jagung, namun membuahkan masalah, saat itu Gun memboncengi aku ke sebuah pasar kaget, kami bersantai di sana sambil menikmati riuh suara pedagang yang memuji dagangannya. Lalu perjalanan pulang saat itu, Gun dan aku mengalami kisah naas. Motor kami tertabrak, lalu kakiku masuk dalam terali ban motor kemudian ikut menyeretku ke dalam sebuah selokan sepanjang 500 meter. Tentu saja kakiku waktu itu patah, berjalan pun tak lagi sesempurna dulu, juga meninggalkan bekas luka, Aku terpaksa memakai tongkat.

Selama berbulan-bulan aku membawa keadaan itu, dalam kondisi kaki yang cacat dan aku terputus dengan pergaulanku yang akrab dan hangat bersama teman-temanku.

Gun saat itu meninggal, tak bisa tertolong nyawanya apalagi saat ia terlempar ke tengah jalan lalu sebuah truk menindasnya. Hancur seluruh raganya, dan aku tak ingin lagi mengingatnya. Mengerikan sekali, bahkan aku menyebut jalan itu jalan korban 40.000 jiwa. Sudah banyak korban yang tak terselamatkan, konon jalan itu sungguh keramat. Setiap kali kita berniat melewati jalan itu, sudah seharusnya mengucapkan salam, membunyikan klakson sebagai pertanda bahwa kita menghormati penunggu jalan atau mungkin sebagai simbol kita permisi untuk melewati jalannya.

Seperti itulah kisah yang terjadi setahun yang lalu, namun Dony tak mau tahu dengan kejadian itu. Baginya kakiku yang meninggalkan bekas luka membuatnya tidak nyaman berada di dekatku, apapun caranya. Dony memaksaku untuk menghilangkan bekas luka itu. Karena semakin ia melihatnya semakin ia merasa bahwa aku masih selalu mengingat Gun. Jujur saja, bekas luka itu sama saja seperti tanda lahir yang tak bisa terelakkan dan kuhindari. Dony, orang yang membuatku tak lagi memikirkan dunia luar tak berhenti mendesakku, apapun caranya bekas lukaku mesti lenyap dari ujung matanya.

Sesungguhnya aku gerah dengan lelaki yang mengekangku itu, namun hatiku terpaut jauh melangkah mencintainya. Bukan hanya jiwa, tapi kesucianku yang direnggut, Dony tak bisa membuatku lari ataupun berkelik menanggapinya. Yang ada di pikiranku, bagaimana bisa membuat Dony bahagia meski ia tak pernah berhenti menyakitiku, bagaimana caranya aku menghentikan pertengkaran dan kekasaran Dony kepadaku, entahlah.

Di ujung sore yang mendung, Dony menjemputku. Mungkin ini batas terakhir kesabarannya menunggu bekas luka yang sungguh tak enak dipandangan dan hatinya segera berlalu. Namun aku tak tahu, dengan cara apa aku harus menghilangkan bekasnya. Jika tak kuhilangkan, satu tamparan akan melayang ke pipiku, kadang juga tendangan ke mata dan pelipisku. Sakit. Baru kali ini aku jatuh cinta, namun cinta yang membuatku terjebak pada orang yang sangat tempramen. Aku sendiri tak pernah merasa kehilangan cintaku untuk Dony hanya karena masa lalunya bersama wanita lain. Karena cintaku untuk hari ini dan esok, bukan untuk yang kemarin.

Pada suatu ketika yang biasa, Dony menghujam mataku dengan kepalan tinju di tangannya, nyaris aku kehilangan penglihatan bahkan putih di mataku kini memerah. Seperti darah itu ingin membuncah dari bola mataku yang sungguh mendung. Aku tenang saja menerima perlakuan yang sudah biasa, sudah menjadi santapanku. Bodohnya aku, namun aku takut tak ada lagi lelaki yang mau menerimaku dalam keadaan kehilangan sari. Akhirnya di ujung deritaku, aku pun mencoba hal terburuk di dunia ini, mungkin tidak dengan mengoperasi bekas luka di kakiku, tapi aku menempelkan sebuah strika panas dengan harapan bekas luka itu bisa tertutupi. Kini di kakiku luka di atas bekas luka, tak tahu lagi harus kulenyapkan dengan apa. Yang aku tahu aku mencintai orang yang salah. Bekas luka itu tak hanya sebatas di kakiku, tapi kini menjalar ke jantung hatiku.

Kritik New Critism

fokus kritikan yang akan saya kaji pada kritik New Critism ini adalah unsur intrinsik cerita pendek (cerpen) yaitu:

1. Tokoh dan karakter tokoh/penokohan

Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan atau karakter menunjukkan pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seseorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum, kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca. Adapun tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik. Tokoh antagonis merupakan penentang tokoh protagonis.

  1. Tokoh protagonis dalam cerpen “Bekas Luka” karya Pratiwi Syarif adalah: Aku
  2. Tokoh antagonis dalam cerpen “Bekas Luka” karya Pratiwi Syarif adalah: Dony
Penokohan/Sifat/Karakter/Perwatakan Tokoh
Ada 2 teknik untuk memperlihatkan penokohan / perwatakan yaitu :

  1. Melalui teknik analitik (menyebutkan secara langsung)
  2. Melalui teknik dramatik (secara tidak langsung)

Penokohan/Sifat “Aku” dalam cerpen “Bekas Luka” karya Pratiwi Syarif di atas adalah: percaya pada hal mistik, setia dan penyayang pada suami, sosok istri yang sabar, walaupun pada akhirnya karena ketakutan yang dibuatnya sendiri, ia mengambil jalan pintas dengan menyetrika bekas lukanya.

Penokohan/Sifat “Dony” dalam cerpen “Bekas Luka” karya Pratiwi Syarif di atas adalah: Seorang suami yang temperamen (pemarah), tidak bertanggung jawab, dan tidak bisa menerima kenyataan hidup sehingga dia memperlakukan istrinya secara tidak manusiawi.


2. Latar (setting)

Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret (nyata) dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Latar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.

Latar (Setting) dalam cerpen “Bekas Luka” dapat dianalisis berdasarkan kalimat-kalimat dalam cerpen tersebut, yaitu:

  • Latar tempat: di jalan raya (Lalu perjalanan pulang saat itu, Gun dan aku mengalami kisah naas. Motor kami tertabrak), di pasar (Gun memboncengi aku ke sebuah pasar kaget, kami bersantai di sana sambil menikmati riuh suara pedagang yang memuji dagangannya)
  • Latar waktu: Pagi hari (Gun memboncengi aku ke sebuah pasar kaget) pasar kaget biasanya pada pagi hari. Sore hari (Di ujung sore yang mendung, Dony menjemputku)
  • Latar suasana: ramai (kami berjumpa di sebuah pentas seni yang didesak-desaki pengunjung), gerah (Sesungguhnya aku gerah dengan lelaki yang mengekangku itu), mendung (Di ujung sore yang mendung, Dony menjemputku)
3. Alur (plot)  
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan kenapa hal ini bisa terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasanya disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagian-bagian cerita, yakni sebagai berikut.

a) Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian. Urutan peristiwa tersebut meliputi:

  • Mulai melukiskan keadaan (situation);
  • Peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses);
  • Keadaan mulai memuncak (rising action);
  • Mencapai titik puncak (klimaks);
  • Pemecahan masalah/penyelesaian (denouoment);
b) Pengarang menyusun peristiwa secara tidak berurutan. Pengarang dapat memulai dari peristiwa terakhir atau peristiwa yang ada di tengah, kemudian menegok kembali pada peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya. Susunan yang demikian disebut alur mundur.

Alur : jalur cerita atau rangkaian jalannya cerita. Pententangan atau konflik.

Ada lima tahapan dalam alur :

  • Perkenalan,
  • Penanjakan,
  • Klimaks
  • Puncak klimaks, dan
  • Anti klimaks atau penyelesaian.
Alur ada 3 yaitu: alur maju, alur mundur, dan alur campuran.

Alur yang digunakan dalam cerpen “Bekas Luka” adalah alur campuran alasannya karena tokoh “Aku” menceritakan kembali (flash back) peristiwa yang pernah dialami ketika jatuh dari motor bersama Gun.

4. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut?

Ada beberapa macam sudut pandang, diantaranya sudut pandang orang pertama (gaya bahasa dengan sudut pandang “aku”), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.

Sudut Pandang yang digunakan dalam cerpen “Bekas Luka” karya Pratiwi Syarif adalah: Sudut Pandang Orang Pertama (SPO1) karena menggunakan kata ganti “Aku

“Aku adalah seorang perempuan yang untuk pertama kalinya merasakan jatuh cinta pada seorang lelaki yang tidak tepat”

5. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi (pilihan kata), penggunaan majas, dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapkan seorang pengarang terhadap karyanya.

Gaya bahasa dalam cerpen “Bekas Luka” yaitu: Yang menarik, usia kedekatanku dengan Gun hanya seumur jagung (Perumpamaan)

6. Tema


Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan.
 

Tema cerpen “Bekas Luka” karya Pratiwi Syarif adalah: Keluarga tokoh “aku” menceritakan kekerasan yang dialami keluarganya yang dilakukan oleh suaminya, karena suaminya tidak ingin melihat “bekas luka” istrinya akibat jatuh dari motor bersama mantan pacar.

7. Amanat
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan masalah atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita.

Amanat dalam cerpen “Bekas Luka” adalah: Kita harus menerima kenyataan hidup karena semua ini adalah ujian dan cobaan dari Allah Swt.