Guruku Idolaku
Aku bangun pukul 04.30 lalu membereskan
tempat tidurku kemudian salat Subuh. Sehabis salat Subuh aku langsung pergi
mandi dan memakai seragam sekolah, kemudian sarapan pagi. Sehabis sarapan aku
membereskan piring-piring yang sudah aku pakai ke dapur lalu berpamitan dengan
ayah dan ibu. “Assalamu Alaikum” Ucapku “Walaikum Salam” Sahut ayah dan ibu
pula.
Tiba di sekolah aku menyapa guru-guru yang
telah datang dengan semangat “Pagi, Pak! Pagi Bu!” Ucapku “Ya pagi!” Serentak
mereka menjawab.
Setiap mata pelajaran di sekolahku
diajarkan oleh seorang guru. Pelajaran Matematika diajarkan oleh Ibu Faridah,
Ibu Fatma, dan Ibu Nurismiyanti. Pelajaran Bahasa Indonesia oleh Pak Razak dan
Pak Hasan. Bahasa Inggris oleh Pak Mahruddin, Ibu Wahyuni, dan Ibu Zakiyah.
Pelajaran Agama Islam oleh Ibu St. Halimah. dan sebagainya.
Pelajaran yang paling aku sukai adalah
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Ada juga guru yang aku idolakan, yaitu Ibu
Fatma dan Pak Razak. Ibu Fatma orangnya baik, tegas, cantik, dan cara mengajarnya
jelas, bisa aku mengerti dengan baik. Pak Razak orangnya baik, murah senyum,
dan tegas mengambil keputusan. Aku menyukai guru-guru itu dari sifat-sifatnya
yang baik. Guru-guru di sekolah ini mempunyai beberapa karakter. Ada yang galak
tapi cukup tegas. Ada yang galak sekali. Ada yang tidak galak tapi cukup tegas.
Bahkan ada juga yang baik sekali. Ada guru yang suka melucu pada saat pelajaran
berlangsung. Ada yang suka bercerita, ada yang suka mendiktekan pelajaran. Ada
yang suka menyuruh siswa mengerjakan soal di papan tulis. Ada yang suka
menyuruh siswanya membuat kelompok untuk berdiskusi, dan ada juga yang mengetes
satu persatu siswanya ke depan kelas, dan ada juga..... yang kalu mengajar
membuat kita mengantuk. Eittt! Jangan salah, loh. Meski para guru kita beragam,
aku tetap hormat dan sayang sam mereka. Soalnya mereka semua sangat berjasa
buat kita semua, para siswanya. Coba bayangkan setiap hari mereka datang dari
pagi sampai siang bahkan sampai sore hari cuma untuk menyampaikan sekian banyak
ilmu buat kita. Mereka tak henti-hentinya berbicara di depan kelas selama
berjam-jam dari satu kelas ke kelas lain hanya untuk masa depan muridnya. Belum
lagi kalau musim ulangan atau ujian tiba. Mereka harus menyiapkan soal-soal dan
memeriksa hasilnya. Mereka juga seringkali harus menyelesaikan berbagai masalah
ketika menghadapai para siswa.
Aku mempunyai teman bernama Azizah dan
Nanang. Dia orangnya sangat baik. Dia orangnya sangat baik dan pengertian. Ada
juga temanku yang nakalnya minta ampun, namanya Aris dan Fadil, mereka sering
membuat kekacauan seperti berteriak di dalam kelas, main bola di dalam kelas
dan selalu memalak teman-temanku. Eittt! bel sudah berbunyi itu tanda aku harus
masuk kelas. Aku lalu duduk di bangku. Ketua kelas sudah datang dia menyiapkan
dan membaca doa, lalu mengucapkan salam kepada Ibu Guru. Saat itu di kelasku,
kelas VII3 sedang berlangsung pelajaran fisika, Bu Fatma gurunya. Kalau temanku
Aris mulai bertingka dan mengganggu teman, misalnya Nisa, Bu Fatma menyuruhnya
keluar dari ruangan kelas. Bu Fatma sedang menuliskan rumus fisika tentang
Reaksi Penggabungan. Aku dan teman-teman sangat memperhatikan rumus yang
ditulis Bu Fatma di papan tulis. Beberapa menit berlalu, temanku Nur, pingsan
di kelas. Aku, Uga, dan Muntaha menolongnya. Kami membawanya ke ruang UKS untuk
di rawat oleh petugas UKS.
Aku dan teman-temanku kembali ke kelas
untuk melanjutkan pelajaran. Fatimah, teman sebangkuku, malah main HP
diam-diam. HP itu dimasukkan ke dalam laci mejanya supaya tidak terlihat Bu Fatma.
Aku kesal banget. “Fat, main HP-nya nanti saja.” Bisikku pada Fatimah. Fatimah
hanya mengerutkan kedua dahinya sambil melirik marah kepadaku. “Peduli amat.”
Ia lalu memainkan HP-nya. “Nanti kamu ketinggalan, lho, rugi sendiri.” Ujarku
dengan nada suara serendah mungkin. Agar aku tak ketahuan Bu Fatma pada saat
dia mengajar. “Ah, gampang. Aku nanti tinggal membaca buku paketmu, selesai kan
urusannya?” Jawab Fatimah ketus. Aku tambah kesal. “Memang kita bisa membaca
buku paket di rumah, tapi kalau guru sedang menerangkan pelajaran seringkali
ada informasi-informasi tambahan yang tidak ada dalam buku paket.” kataku
setengah berbisik. Fatimah hanya
menundukkan kepala. Aku tak mengerti apa dia mau menerima nasehatku atau tidak.
Bu Fatma tiba-tiba berhenti menerangkan, kukira dia mendengar pembicaraanku
tadi. “Ada yang mau bertanya?” Kalau ada Ibu berikan kesempatan sekarang!” Aku
mengacungkan tangan. “ Aku Bu, kataku bersemangat!” “Oh,..silakan Nurul!”
Setelah Bu Fatma memberiku kesempatan untuk bertanya, aku pun tidak
menyia-nyiakan. Aku menanyakan maksud ‘tanda tambah’ (+) dan ‘tanda panah’
(>). “Tanda tambah artinya direaksikan, sedangkan tanda panah artinya
menghasilkan.” Bu Fatma menjelaskan maksud tanda panah dan tanda tambah yang
aku tidak pahami. “Terima kasih, Bu” Jawabku. Kulihat Fatimah juga
mengangguk-anggukkan kepalanya. Aku tidak tahu apa dia juga sudah memahami
penjelasan Bu Fatma.
Ketika jam pelajaran berakhir, aku menegur
Fatimah. “Fat, manfaatkanlah waktumu yang ada untuk belajar.” Pintaku kepada
temanku Fatimah. Fatimah merasa malu dengan kata-kata yang baru saja kuucapkan.
“Kita harus menghargai guru yang sudah bersusah payah menerangkan pelajaran
kepada kita semua. “Kring, kring, kring!” Bel berbunyi tanda waktu istirahat.
Aku dan teman-teman bermain di lapangan. Aku, Ugah, Ainun, dan Azizah bermain batu bekel sedang anak laki-lakinya
bermain gasing. Memang teman-temanku
yang laki-laki menyukai permainan tradisional. “Adu, perutku sudah
keroncongan.” kataku kepada teman-temanku. Aku ingin makan somai dan tahu isi
di kanting sekolahku. Sesudah makan somai dan tahu isi akupun membayarnya lalu
buru-buru kembali ke kelas. Tiba-tiba Samin datang dan minta tolong padaku.
“Ada apa Min?” tanyaku. “Ini tugas-tugas kelompok pelajaran bahasa Indonesia yang
tadi dikumpulkan, harus cepat-cepat serahkan kepada Pak Razak, tolong kamu
bawakan ke kantor ya?” kata Samin setengah terburu-buru. “Aku harus mengerjakan
yang lain, ke koperasi sekolah buat mengkopi tugas matematika yang diberikan Bu
Paridah.” Aku mengambil alih tumpukan tugas hasil kerja kelompok. Lumayan berat
juga. Beberapa meter sebelum kantor guru aku kesandung, lalu jatuh. Semua buku
yang kubawa terjatuh berantakan, untung Pak Razak datang dan langsung
menolongku. “Kalau jalan lihat ke bawah, jangan lihat ke samping!” Aku jadi
malu mendengar kata-kata Pak Razak. Mungkin dia memperhatikanku dari tadi.
Bel telah berbunyi aku cepat-cepat lari ke
kelas karena mata pelajaran matematika, Bu Paridah telah datang dan duduk di
kursinya. Kami diberi tugas kelompok yang difotokopi Syamin tadi pagi. Kami pun
mulai mengerjakannya, tetapi temanku Alfrida tidak bekerja karena pulpennya
hilang pada saat bermain aku kasihan melihatnya. Aku pun meminjamkan pulpenku
kepada Alfrida dan dia pun mulai mengerjakan tugasnya. Waktu hampir habis, Bu
Paridah menyuruh kami untuk memeriksa kembali jawaban yang kami tulis. Ibu
Paridah mengumpul lembar jawaban setelah bel pulang sekolah berbunyi. Aku
pulang sendirian hari ini karena teman-temanku dijemput orang tuanya. Aku juga
ingin seperti mereka yang selalu dijemput oleh ibu atau ayahnya, “tetapi ibu
dan ayahku sibuk bekerja dan aku tidak ingin merepotkannya.” kataku dalam hati.
Sering di kecewakan oleh website lain? Coba di JAGODOMINO disini kami berkomitmen untuk menjaga kenyamanan dan kepuasan bagi setiap member kami... Prinsip kami Member nomor 1 oleh karena itu CS kami yang berpengalaman siap membantu Anda 24/7... Di JAGODOMINO kami juga memberikan BONUS - BONUS MENARIK......
ReplyDeleteInfo lebih lanjut silahkan hubungi CS 24/7 melalui :
* LIVECHAT Jago188(dot)net
* PIN BBM : 2AF6F43D
* WA : +855717086677
* LINE : Jagodomino
Salam Sukses Jagodomino