Saturday, February 4, 2017

2 Cerita Cerpen Persahabatan Paling Populer

Cerita Cerpen Persahabatan - Cerpen adalah cerita yang mengisahkan satu sisi kehidupan manusia dengan segala liku-liku kehidupannya. Salah satu jenis sisi kehidupan manusia yang sering menjadi tema dalam cerpen yaitu "persahabatan". Persahabatan yang terjalin dalam kehidupan, khususnya masa-masa sekolah sungguh menarik untuk dijadikan cerita. Cerpen persahabatan dapat mengantarkan memori kita untuk kembali mengenang masa-masa remaja, ketika kita masih duduk di bangku sekolah bersama dengan teman-teman. Persahabatan memang sesuatu yang penuh warna dan membuat hidup kita berharga. Seperti  kisah persahabatan di dalam 2 cerpen persahabatan berikut:

2 Cerita Cerpen Persahabatan Paling Populer


1. Pramuka Satukan Kami


           Aku Rachel Anggraini, teman-teman di sekolah biasa memanggilku Rachel atau Chel. Aku anak bungsu dari Jamaluddin, seorang guru olahraga di Sekolah Dasar  dan Harnita, seorang perawat di Puskesmas. Aku sekolah di SMP favorit di daerahku. Aku masih kelas VIII tepatnya di kelas VIII.1, yaa itu kelas unggulan. Di sekolah aku mendapat rangking 1 kelas dan umum, itu sudah cukup untuk ibu dan ayahku sedikit memanjakanku. Aku memang dimanjakan oleh ayah dan ibu tapi bukan berarti aku harus dibacakan dongeng sebelum tidur. Cara ibu dan ayah memanjakanku berbeda dengan orang kaya yang memanjakan anaknya. Aku punya dua orang kakak, Kakak pertamaku adalah laki-laki,namanya Randika Saputra, Dika,itulah nama yang biasa dipanggilkan untuk kakakku yang satu ini, Aku sendiri memanggilnya kak Dika. Kak Dika suka sekali makan dengan lauk telur mata sapi. Aku sering disuruh kak Dika untuk buatin telur mata sapi,tapi tentu aku harus diberi imbalan. Biasanya kak Dika meminjamkan komputernya untuk kumaini, kurasa cukuplah. Kak Dika sudah kuliah semester 4, dia kuliah di Universitas Hasanuddin.  Sekarang kakak keduaku namanya Ravika Oktaviani, kak Vika masih duduk di bangku SMA kelas XI. Kak Vika mendapat peringkat 2 di sekolahnya,aku bangga punya kakak seperti dia, tapi dia pelit pinjamin HP-nya ke adik sendiri meskipun begitu, kak Vika lah yang selalu setia membantu aku mengerjakan PR.

          Di Sekolah, aku punya banyak teman. Aku memang tipe orang yang mudah bergaul. Di kelas VIII.1 sendiri aku punya teman dekat, yang lain menyebutnya dengan sahabat, namanya Ayu Putriana Dewi, namanya sih sedikit rempong sama kayak orangnya rempong. Ada yang memanggilnya Ayu, Dewi atau Putri, tapi yang lebih akrabnya dia dipanggil Ayu. Ayu sudah menjadi sahabatku sejak kelas VII, dia cantik dan menjadi idola cowok-cowok di sekolah, tapi entah kenapa Ayu hanya terlihat cuek,dia memang agak sensi untuk masalah cowok. Dia peringkat 3 di kelas, yaa dia sainganku di kelas, tapi dia sahabatku di luar. Di kelas juga ada Fitri, dia orangnya paling gak bisa yang namanya bercanda. Jadi susah diajak omong, sedikit-sedikit sudah tersinggung.Ada juga yang namanya Dela, Dela ini sih enak banget diajak bercanda tapi dia cengeng, baru kesenggol dikit sama meja, eeh udah nangis. Nah,  kalau yang namanya Bayu orangnya asik banget di kelas, kalau dia nggak hadir kelas sepi banget,dia orangnya jahil, songong, enak diajak bercanda, bahkan guru yang mengajar di kelas pun mau diajak bercanda. VIII.1 memang Is The Best, itulah motto kelas VIII.1.

         Temanku bukan hanya di kelas VIII.1, aku punya teman yang namanya Sari dari kelas VIII.3, dia orangnya enak diajak bercanda, jahil, tapi dia paling nggak bisa jaga perasaan orang lain. Ada juga yang namanya Winda, dia pemalas,maunya nyuruh-nyuruh orang lain, pokoknya sikapnya itu selalu ingin seperti ratu.Winda dari kelas VIII.2, aku sebenarnya malas temanan sama dia, tapi Winda yang selalu ingin temanan sama aku,nggak tau kenapa. Sari paling sensi sama Winda, tapi tetap aja diajak omong, diajak bercanda, sampai akhirnya bertengkar deh mereka.

         Aku, Ayu,Winda, dan Sari adalah salah satu anggota Pramuka di sekolah, dan akhir-akhir ini kami sangat disibukkan dengan latihan pramuka. HUT pramuka ke 53 memang tinggal menghitung hari, yah 3 hari lagi. Sekolah kami akan  mengikuti lomba-lomba yang di selenggarakan pada HUT pramuka ke-53 nanti. Setiap sore kami latihan bahkan kami tidak mengikuti pelajaran di pagi hari.Pramuka di sekolah kami dibina oleh Ibu Bayanti dan Ibu Santi. Dalam pramuka aku bertindak sebagai Pratama, yaa aku pemimpin di pramuka sekolahku. Karena aku pemimpin aku akan terlalu sibuk untuk latihan dan lomba yang aku masuki memang agak banyak dan memerlukan latihan. Aku dan Winda secara khusus mengikuti lomba semaphore, Sari lomba bivak potrable, dan Ayu lomba pionering.

“ Winda, tolong ambil semaphore di aula, kita latihan ”perintahku kepada Winda.

“ Aku capek Chel, kamu ajah yang ambil ”tolak winda yang sudah mengundang kata-kata kasarku.

“Capek apalagi sih Win, kamu kan tidak latihan apa-apa tadi, sedangkan aku, aku capek habis ngurusin peralatan yang akan kita bawa nanti ”emosiku mulai meludak.

“ Kamu kan pemimpin,dan memang sudah sepantasnya kamu melakukan semua itu ”jawab Winda seenaknya.

Aku hanya bisa mengelus dada mendengar itu, aku merasa di soroti dengan posisiku sebagai pemimpin. Ayu datang menenangkanku, untung saja Sari sedang latihan, kalau Sari ada,mereka pasti akan bertengkar lagi.

“Kenapa lagi si nenek lampir itu Chel? ”Tanya Ayu.

“Ada setan malas merasukinya ”jawabku sinis.

“Kurasa setan malas nenek lampir itu sudah mendarah daging dengannya, sehingga siapapun dukun yang berusaha mengeluarkannya tidak akan mampu ”jawab Ayu dengan nada meledek.

Aku tertawa lepas dengan Ayu seketika itu.Aku dan Ayu bergegas mencari kesibukan lain sebelum ibu Santi melihat kami.Ayu dan aku pergi mengambil tongkat dan menyusunnya, dan lagi-lagi kami harus lewat di depan si pemalas itu.

“ setan malas menjiwaimu “ teriak Ayu ketika lewat di depan Winda, tapi entah kenapa dia tak merasa,huuu sungguh tidak peka.

“lalu di mana Sari?” tanyaku mencari-cari Sari.

“masih latihan di sana”jawab Ayu.

“untunglah, kalau dia ada di sini bakalan perang lagi”jelasku menghembuskan nafas.

Latihan sore ini sudah cukup, akupun mengumpulkan temanku untuk memberi arahan seperti yang ibu Bayanti perintahkan. Kutiup sempritan tanda berkumpul. Teman-temanku pun berkumpul.

“ bershap 2, laksanakan”perintahku dan segera mereka menurutinya.

Aku mulai memberi arahan kepada mereka.

“teman-teman sekalian, kurasa latihan kita sore ini sudah cukup, mengingat HUT pramuka ke 53 sudah di depan mata, saya minta kesungguhan teman-teman dalam latihan, dan pada saat perkemahan nanti saya sangat mengharapkan kedisiplinan, solidaritas,d an kesadaran teman-teman untuk mempertanggungjawabkan tugas masing-masing, sekian dan terima kasih "ucapku menutup arahan yang sebenarnya kutujukan kepada Winda, tapi entah, dia belum peka, huu kasian sekali kau Winda, tidak peka-peka juga yah.

“ Tanpa aba-aba penghormatan, bubar barisan, jalan” kuakhiri latihan sore ini dan kubergegas pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, bukannya aku disambut baik, aku malah disambut “si hitam tanpa manis” sama kak Vika. Aku tertawa mendengarnya lantas kubalas “aku hitam bukan karena pramuka” sambil menjulurkan lidahku ke kak Vika.

“Dasar anak bandel, takkan ku pinjami kau barang-barangku”teriak kak Vika dengan nada kesal.

“Biarin, aku aduin ayah”ancamku balik yang membuat kak Vika tertawa.

Aku merasa bersyukur karena di sekolah aku punya masalah yang sudah sangat berat kurasa, ternyata di rumah mereka sangat menyayangiku.Terimakasih kak.

“Capek sayang?”Tanya ibu mengagetkanku.

“Tentu ibu, tapi melihat ibu masak masakan enak, hilanglah capekku” kataku menggoda ibu.

“Iya tentu, untuk anak ibu, Rachel, hahah” ibu menggodaku balik.

“Ya sudah,mandi dulu, terus kita makan bersama” perintah ibu.

“Sip ibu sayang” jawabku kemudian berlalu pergi ke kamarku.

Aku pun mandi, beban yang kutanggung terasa berlalu pergi yang diganti dengan kebahagiaan di rumah ini.setelah mandi aku pun berdandan biar tidak diledekin si hitam lagi sama kakak nyebelin itu.

“Rachel, ayoo makan” teriak ibu memanggilku.

“Iyaa ibu” jawabku.

Aku pun melangkah pergi ke meja makan. Di meja sederhana itu sudah ada ayah, ibu, kak Vika, lantas kak Dika mana?

“Kak Dika mana ibu?” tanyaku seraya duduk di kursi.

“Pergi sama temannya, sudahlah ayo makan!” jawab ibu.

“Perhatian banget sama kak Dika” ledek kak Vika saat makan.

“Ya iyalah, kak Dika nggak pelit nggak kayak kak Vika” aku pun tertawa.

“Sudah-sudah ayo makan” cegah ayah.

Makan malam kali ini benar-benar berbeda, aku sangat bahagia. Wajah Winda yang ngeselin itu larut dalam kebahagiaan yang kurasakan sekarang ini.

“Nah setelah ini Rachel sama Vika cuci piring yah” perintah ibu menggoda.

“Aaa ibu, kak Vika aja tuh, dia kan lebih tua” tolakku manja.

“Heh apa-apaan, si hitam tuh ibu seharusnya” bela kak Vika.

“Sudah sekarang kalian berdua cuci piring, kalau sudah ibu punya cemilan enak banget” sorot mata ibu menggoda kami.

Aku dan kakak nyebelin itu akhirnya cuci piring, yah berkat godaan ibu. Terasa bahagia malam ini. Setelah cuci piring aku dan Vika pergi ke ruang keluarga, ayah dan ibu tampaknya sedang menonton sinetron favorit mereka, yah “tukang bubur naik haji”, cape deh.

“Anak sekolah sekarang pergi tidur” perintah ibu kepada aku dan kak Vika.

“Iyah ibu” jawabku serentak kak Vika.

“Selamat malam ibu, selamat malam ayah, selamat malam monster” kataku kemudian berlalu pergi ke kamarku, kudengar kak Vika mengomel-ngomel sendiri gara-gara kubilangi monster. Sebelum tidur kupersiapkan peralatan sekolahku untuk besok. Malam ini aku tidak belajar karena nggak ada tugas. Dan sebelum tidur kuberdoa semoga setan malasnya Winda hilang dan kalau tidak hilang semoga aku tidak bertemu dengan Winda.

Perlahan kubuka mataku, sepintas cahaya kulihat yang membuat aku harus membuka lebar-lebar mata ini. Langsung kulihat wajah cantik ibu yang sedang membua jendelaku pertanda aku harus bangun. Ibu menunjuk jam dan kulihat.

“Apa yang harus kamu lakukan sayang?” Tanya ibu memulai percakapan di pagi yang cerah ini.

“Mandi” jawabku kemudian berlari ke arah kamar mandi.

Setelah mandi dan memakai seragam sekolah, aku bergegas ke meja makan. Sudah terlihat ayah, ibu, dan uuh kaka nyebelin itu. Setelah makan aku pamit pada ayah dan ibu dan aku bergegas ke sekolah. Kulihat cuaca hari ini sangat cerah. Semoga nasibku hari ini juga cerah, harapanku.

Sesampainya di sekolah aku sudah disambut sama temanku yang rempong ini, Ayu.tak lama setelah itu, terdengar panggilan untuk anggota pramuka. Aku dan Ayu bergegas ke aula ,entah hal apalagi yang akan ibu Bayanti sampaikan.

“Rachel, arahkan temanmu untuk membentuk barisan karena ibu akan memberi sedikit arahan” perintah ibu Bayanti kepadaku dan aku langsung melaksanakannya. Setelah mengatur posisi mereka aku memasuki barisan dan siap mendengar arahan dari ibu Bayanti, entah apa itu.

“Selamat pagi anak-anak” sapa ibu Bayanti

“Pagi bu” jawab kami serempak.

“Anak-anak, kegiatan kepramukaan tinggal 2 hari lagi, kalian tau? kita harus melakukan yang terbaik. Kita harus membawa nama baik sekolah kita. Seperti tahun lalu, sekolah kita berhasil membawa pulang sebuah piala bertuliskan juara 3 umum. Nah, untuk tahun ini kita targetak juara umum 2. Kita akan melakukan yang terbaik agar kita bisa membawa pulang sebuah piala yang lebih besar lagi di bandingkan tahun lalu, dan kita akan berusaha untuk mendapatkan juara umum 1. Untuk mencapai target kita itu, harus ada kerja sama antaranggota, mengerti anak-anak?” kata ibu Bayanti panjang lebar.

“Mengerti bu” jawab kami bersamaan.

“Dan untuk Rachel, sebagai pemimpin kamu harus mengkoordinir semua anggota-anggota kamu! mengerti?” itu yang diamanhkan bu Bayanti kepadaku.

“Mengerti bu”jawabku,aku akan berusaha bu.

Sekolah ini menargetkan juara umum 2, itu akan menjadi PR buat anak pramuka, aku akan berusaha. Kami akan berusaha. Kami akan membuat sekolah kami dikenal banyak orang. Dan seperti biasa kami akan latihan sore nanti. Pelajaran hari ini berlangsung sangat baik. Dan yah kurasa doaku memiliki nasib secerah cuaca tadi terkabul, aku sama sekali tidak mencium bau dari Winda.Yess, terkabul. Kata temannya sih dia lagi sakit, aku masa bodoh dengan itu. Sepertinya telah ada satu benci yang tertanam di hatiku untuk Winda, ah biarlah.Aku dan Ayu bergegas ke kelas sebelum bel masuk berbunyi.

Seperti kemarin, sore ini aku harus bergegas ke sekolah untuk latihan pramuka lagi, tapi aku nggak boleh mengeluh, target kami juara 2. oke fix aku akan berusaha.

Keesokan harinya anak pramuka tidak mengikuti pelajaran.  Jam pelajaran diganti dengan latihan pramuka, hari ini latihan terakhir, apalagi nanti sore kami tidak latihan, kami di suruh ibu Santi untuk istirahat persiapan besok. Ku kumpulkan teman-teman pramuka atas perintah ibu santi, dan akhirnya mereka berkumpul di aula. Sepertinya ada yang kurang, ohh Winda lagi. Aku benar-benar malas dengan orang yang satu ini. Kusuruh anak kelas 7 untuk mencari dia. Akhirnya dia datang dengan muka tak bersalah, lagi-lagi aku sensi melihat dia, terlebih Ayu dan Sari.

“Dari mana aja kamu?” tanyaku tegas.

“Aduh Rachel, dari kantinlah ke mana lagi” jawabnya dengan muka tak bersalah.

“Kamu tak mendengar panggilan untuk anak pramuka agar berkumpul di aula?” tanyaku lebih tegas sebagai seorang pemimpin.

“Dengar, tapi aku lagi makan tadi” jawabnya tertawa.

“Sekarang ambil posisi push-up” perintahku.

“Push-up? bercandakan Chel?” ujarnya kaget.

“Untuk apa bercanda? anak pramuka itu disiplin. Kamu tau disiplin kan? kegiatan pramuka itu besok Winda, besok,mengerti? Sekarang posisi push-up atau lari keliling lapangan?” ujarku memberi pilihan.

Akhirnya Winda mengambil posisi push-up. Aku benar-benar puas mengerjainya, Berhubung Bu Santi tidak ada. Rasain kamu Winda. Kudengar Bu Santi memanggilku ke ruang guru. Akupun bergegas pergi.

“Ada apa bu?” tanyaku kepada bu Santi.

“Kamu beri arahan tentang hal-hal yang harus ditaati di tenda nanti kepada teman-temanmu, tegasi mereka” perintah ibu Santi.

“Baik Bu”

Aku kembali ke aula dan memberikan arahan kepada teman-temanku.

“Teman-teman, kegiatan pramuka akan dilaksanakan besok, dan tentunya kita akan berkemah selama 5 hari. Sepulang nanti persiapkan barang yang akan dibawa besok. Yang saya minta kepada teman-teman sekalian, saat kegiatan nanti, tolong kalian disiplin, jangan bawa sifat malas kalian ke pramuka, apalagi ada cabang lomba kebersihan, tahun lalu kita meraih medali emas di situ, kita harus mempertahankannya. mengerti?” ujarku panjang lebar.

“Mengerti”jawab mereka kompak.

“Sekarang latihan sesuai tugas masing-masing!”

Aku dan Winda latihan semaphore. Aku yang mengirim berita, dia yang menerima berita.

“Kalau aku mengirim berita, kamu harus konsentrasi, mengerti?” nasehatku memperingatkan.

“Yah” jawabnya singkat yang membuatku kesal.

Latihan hari ini yang merupakan latihan teakhir kami akhiri, dan sekolah kami  siap mengikuti setiap lomba yang diadakan. Kami SIAP!!

Setelah latihan, aku membubarkan mereka. Akupun pulang ke rumah dan mempersiapkan barang yang akan kubawa besok. Sesampainya di rumah aku langsung mengemasi barang yang akan ku bawa.

“Loh, aku harus pakai tas apa? barangku banyak tapi tasku kan kecil” gumamku khawatir.

Aku langsung mengingat kak Dika, dia punya ransel yang cukup besar, baiklah akan ku pinjam, untung saja bukan tas kak Vika. Setelah meminjam tas dari kak Dika, aku memasukkan barang-barangku ke tas itu dan pakaianku siap. Aku tinggal meminta uang jajan kepada ayah. Semoga ayah bisa bersahabat hari ini, harapanku. Dan, yes aku berhasil membujuk ayah. Dia memberiku uang jajan Rp 100.000, huuh cukuplah untuk 5 hari. Malam ini aku tak menghabiskan waktuku dengan bertengkar dengan kak Vika, aku harus istirahat untuk besok, aku harus semangat.

Sepertinya ibu membangunkanku agak pagi hari ini. Ibu memang mengerti aku. Aku langsung bergegas mandi dan memakai seragam pramuka, dan makan bersama keluarga kecil ini.

“Kamu harus bawa juara pulang Rachel” harapan ayah kepadaku.

“Iya, semoga ayah” jawabku singkat.

Dalam hatiku selalu berdoa agar bisa membanggakan sekolah ini dan mewujudkan harapan ayahku. Untuk hari ini aku diantar ayah ke sekolah,karena barang-barangku agak banyak. Sesampainya di sekolah kulihat sudah banyak yang datang dan sudah tampak ibu Bayanti mengurus mereka. Aku sapa mereka dengan senyum khasku. Ku lihat ibu Bayanti bicara dengan Pak Kepala Sekolah dan meminta kami agar berkumpul. Segera kami berkumpul. sepertinya pak kepala sekolah akan memberi arahan.

“Anak-anakkku sekalian, kalianlah yang terpilih sebagai duta sekolah ini, jangan kecewakan sekolah ini, banggakanlah,mengerti?” kata Pak Kepsek.

“Mengerti pak” jawab kami.

“Mobil jemputan sudah datang, kalian berangkatlah, hati-hati, dan ingat, banggakan sekolah ini” ternyata mobil sudah datang, ku masih merenungkan kata-kata Pak Kepsek tadi. Aku benar-benar sangat bertekad untuk membanggakan sekolah ini.

Sesampainya di lokasi perkemahan kumerasa tertegun melihat lawan-lawan yang akan kami hadapi, huuh semangatku tidak boleh turun di sini.

“Banyak sekali” ternyata Ayu juga sangat tertegun melihat banyaknya lawan yang akan dihadapi.

“Jangan putus asa, kita bisa Ayu” aku memberi semangat kepada temanku ini.

Tak seperti aku dan Ayu,Winda malah tebar pesona saat itu, aku benar-benar eneg melihat dia. Kami langsung mengambil barang masing-masing ke lokasi. Kami akan mendirikan tenda. Kami segera mendirikan tenda dan sudah ada panggilan dari panitia untuk melakukan upacara pembukaan. Kami langsung menuju lapangan utama, dan aku sudah punya kenalan dari sekolah lain, menyenangkan. Upacara selesai dan sangat melelahkan. Kami langsung ke tenda beristirahat. Untuk hari ini tidak ada lomba, jadi yang harus aku buat sekarang adalah membuat jadwal kebersihan.

Hari ini kami tidak terlalu capek dan lebih banyak istirahat, untuk mempersiapkan untuk lomba besok. Hari terasa cepat berlalu dan di hari kedua ini, akan di adakan lomba bivak portable, ketapel, morse dan kompas. Aku yang akan mengikuti lomba kompas. degdegan yang kurasakan sekarang.  Sari yang mengikuti lomba bivak portable, sedangkan lomba yang lain diikuti oleh kakak kelas aku.

“Semangat Sari” aku memberi semangat kepada sari yang akan berlomba sekarang.

“Thanks, kamu juga”dia menyemangatiku balik.

“Medali emas beb” kataku.

“Semoga, doakan yah” jawab Sari.

Sari sudah pergi berlomba, semoga medali emas untuk ini. Selanjutnya panggilan untuk peserta lomba kompas, oh itu aku, degdegan ku semakin menjadi-jadi.

“Semangat yah Chel” kata Ayu.

“Ya Chel, semangat,medali emas” dan teman-teman lain menyemangatiku juga.

“Doakan”timpalku singkat.

Aku benar-benar degdegan saat akan lomba, tapi aku berusaha tenang. Saat lomba aku hanya menemukan sedikit kesuliatan, dan semoga medali emas untuk lomba ini. Aku pulang ke tenda dengan perasaan yang tidak terlalu khawatir karena aku tidak merasa begitu kesulitan dengan lomba kompas tadi. Sampai di tenda ternyata sari juga selesai lomba.

“Bagaimana Chel,lancer”Tanya Sari langsung ketika aku kembali ke tenda.

“Lumayan, kamu?” tanyaku balik.

“Iyaa, lumayan juga lah” jawabnya tersenyum.

Malam pun datang dan pengumuman untuk lomba hari ini akan diumumkan sebentar lagi. Aku berhasil meraih medali emas untuk kompas. Aku sangat senang.untuk sementara kami telah berhasil mengumpulkan 1 medali emas, 2 perunggu yaitu bivak dan ketapel.

Waktu terasa berlalu begitu cepat, dan tibalah hari di mana aku dan Winda akan berlomba semaphore di hari ke 4 ini.

“Ayo Win, sudah ada panggilan” panggilku kepada Winda

“Oke, ayo” jawabnya kecentilan.

“Dengar Win. kalau aku mengirim berita kamu harus konsen, jangan pedulikan apapun karena biasanya teks yang diberikan panjang dan waktu yang sangat singkat, jadi kamu harus konsen,mengerti?” aku menasehati Winda.

“Yah”jawabnya singkat yang mengundang emosiku.

Dan saat lomba aku sudah sangat serius dan emosiku benar-benar datang,Winda hanya memperhatikan penonton sedangkan waktunya singkat, dan,aku tidak berhasil memberikan informasi yang lengkap. Selesai lomba, aku langsung pulang dengan muka yang marah, tak kupedulikak lagi Winda yang centil itu.

“Chel, tunggu” kurasa Winda mengejarku.

Aku tak menghiraukannya dan sesampainya ke tenda aku langsung merebahkan diri, kulihat raut wajah temanku heran.

“Ke mana Bu Bayanti dan Bu Santi” tanyaku kepada mereka.

“Ke pasar” jawab mereka terlihat bingung.

Ibu Bayanti dan ibu Santi tidak ada, aku benar-benar akan meluapkan emosiku kepada Winda. dan ketika Winda datang dengan wajah tak bersalah aku langsung marah-marah padanya.

“Winda, kenapa kamu tidak konsentrasi tadi, haaa?”tanyaku dengan emosi.

“Tadi aku mendengar ada yang memanggilku di antara penonton itu” jawabnya santai.

“Apa? dengar! berita yang aku kasi menjadi tidak lengkap karenamu. Aku menargetkan medali emas untuk semaphore, dan aku tidak mau semuanya hilang hanya karena kecentilan kamu, mengerti kami Winda!!” temanku yang lain terlihat sangat kaget mendengar aku marah-marah dan kulihat Winda juga sudah merasa tidak enak denganku.

“Maafkan aku Chel, aku ceroboh” jawabnya meminta maaf kepadaku.

“Ceroboh? yah kamu sangat ceroboh, kamu mau mengecewakan sekolah kita? Kamu mau pulang dengan tangan kosong, tidak kan! Kamu benar-benar arrrgggg” emosiku benar-benar meludak sekarang.

“Maafin aku Chel”Winda terlihat ingin menangis.

“Medali kita seri dengan SMP Handayani, dan yang jelas kita sudah dikalah sama SMP Teladan. Kamu mau dikalah dengan SMP Handayani? iyaa?” Aku tak mau berhenti mengomel dan kulihat Winda sudah tak mampu berbuat apa-apa lagi. Saat aku mengomel pengumuman lomba semaphore, dan, sangat buruk,medali perunggu untuk kami.aku sudah tak mampu mengomel lagi. Aku kecewa terlebih dengan Winda.

“Aku minta maaf Chel, aku salah” Winda merengek minta maaf kepadaku, aku belum bisa menaggapinya.

“Teman-teman, ayo masuk ke sini” Perintahku menyuruh teman-temanku masuk yang dari tadi menguping di luar.

“Medali kita seri dengan SMP Handayani, dan yang jelas kita sudah dikalah sama SMP Teladan, Harapan kita satu-satunya adalah kebersihan, kita harus meraih medali emas untuk ini, kita harus bawa pulang juara 2, mengerti?” Aku memberi pengertian kepada teman-temanku.

“Mengerti” jawab mereka kompak.

Besok adalah pengumuman kebersihan, dan kami harus membersihkan tenda sekarang juga, dan besok juga adalah pengumuman juara umum. Aku dan teman-teman segera membersihkan tenda, ku lihat Winda sangat antusias membersihkan, kurasa dia telah sadar, tapi aku masih marah padanya.

Keesokan harinya adalah waktu yang kami tunggu-tunggu. Sudah ada panggilan dari panitia untuk melaksanakan upacara penutupan sekaligus mendengarkan pengumuman juara. Semoga nasib baik berpihak kepada kami.

“Juara 1 lomba kebersihan adalah SMP Unggulan” terdengar pengumuman dari panitia.

Kami bersorak bahagia, termasuk Winda.

“Pengumuman juara umum untuk kegiatan pramuka tahun ini, juara 3 SMP Handayani, juara 2 SMP Unggulan, dan juara 1 SMP Teladan”

Sungguh bahagianya kami, akupun pergi ke tempat penerimaan puala. Saat menerima piala, aku benar-benar sangat bahagia. Kami berhasil membawa pulang sebuah piala bertuliskan juara umum 2. Aku dan teman-temanpun kembali ke tenda dengan membawa pulang sebuah piala bertuliskan juara umum 2.

“Chel” panggil Winda.

“Aku minta maaf” katanya.

“Sudahlah, aku sudah memaafkan, dan kita berhasil Win” aku memeluk winda dan temanku yang lain.

“Sepertinya pramuka berhasil merubah Winda dari nenek sihir yang malas menjadi peri yang rajin” ledek Ayu.

Kami benar-benar bahagia saat itu, dan Sari lebih akrab lagi dengan Winda. Pramuka telah menyatukan aku, Sari, Ayu, dan Winda menjadi sahabat.

Seberapa besarpun kesalahan kita selama kita mau memperbaikinya itu akan berhasil,dan sebesar apapun kesalahan orang lain kepada kita, kita harus memaafkannya karena itu akan berakhir bahagia.



2Kado Terindah untuk  Abel
                                                                                          



Aku Abel Tri Ningtyas, teman di sekolah biasa memanggilku Abel. Di sekolah aku mempunyai teman dekat Putri namanya. Teman-teman biasa menyebut kami berdua sebagai sahabat sejati. Aku bersekolah di SMP Sayang Ibu dan duduk di bangku kelas IX.3. Guru menjulukiku sebagai seorang siswa teladan, selain aku rajin, aku juga termasuk siswa yang berprestasi di sekolah. Aku mendapat peringkat satu di kelas, yah itu cukup membuatku mempunyai kebanggaan tersendiri.
Abel Tri Ningtyas, ada kata Tri di namaku, aku anak ketiga dari tiga bersaudara. Tapi di rumah aku seperti anak tunggal, aku hanya ditemani oleh seorang ibu yang wajahnya sudah keriput, dia ini sering memanggilku “Terri” karena katanya waktu kecil aku suka menangis, “terri” dalam bahasa Bugis berarti menangis, itulah sehingga dia memanggilku “Terri” pelesetan dari namaku “Tri”  . Aku sendiri memanggilnya “Indo Serri,” simpilnya sih aku panggil dia “Indo”. Indo Serri adalah seorang pembantu rumah tangga di rumahku yang sudah bekerja selama 13 tahun di rumahku. Indo Serri adalah sosok orang yang sabar, dia mengurusiku sejak kecil, dan oleh karena itu, aku tidak pernah menganggapnya sebagai seorang pembantu. Hanya Indo Serri temanku di rumah. Ibu dan Ayah sibuk dengan pekerjaan mereka, bahkan aku jarang bertemu ayah dan ibu. Mereka pulang sangat larut malam dan perginya pun sangat pagi sekali. Saat aku membuka mata, hanya wajah keriput Indo Serri dengan senyum simpul saja yang kutemui. Kedua kakakku sudah berkeluarga dan mereka bekerja sebagai TKI di Malaysia. Aku hanya bertemu mereka apabila ada acara keluarga dan hari lebaran Idul Fitri.
“Ah sudah larut malam” gumanku ketika melirik jam dinding di kamarku yang sudah menunjukkan angka 10. Seketika itu aku merapikan buku-buku yang baru saja kupelajari. Aku berangkat ke kasur mungil itu dan lelap dalam tidurku.
“Terri,,,,,Terri,,,, bangun, nanti telak ke sekolah” Kata-kata itu adalah kata-kata yang sering kudengar setiap paginya.
Seketika itu aku membuka mataku pelan-pelan, seperti biasa yang pertama kulihat adalah senyum dari wajah keriput Indo Serri.
“Selamat pagi Indo” sapaku mengawali pagi yang cerah ini.
“Selamat pagi Terri,,,ayo bergegas mandi, kemudian sarapan, sarapannya sudah siap di meja” Indo menjawab sapaanku.
“SIAP!!” Jawabku dan seketika itu aku beranjak ke kamar mandi untuk mandi sesuai perintah Indo.
Setelah siap, kuajak kendaraan mungil itu ke rumah keduaku. Aku ke sekolah mengendarai motor metic mungil yang dihadiahkan ayah saat aku berumur 13 tahun, tepat saat aku masih duduk di kelas VIII.
Sesampainya di sekolah, ku tuntun motor itu ke parkiran sekolah.
“Morning Abel yang imut” sapa Reza, cowok yang paling usil di sekolahku.
“Morning kodok” jawabku simpel.
Dari parkiran aku berjalan ke kelasku. Sesampainya di kelas sudah hadir ibu-ibu yang sedang ngegosip. Ngegosip itu sudah menjadi rutinitas setiap paginya di kelasku.

“Morning Abel” Sapa Putri kemudian menghampiriku.
“Morning too Putri” Jawabku riang.
“Ngegosip Yuk!” Ajak Putri usil.
“Ayo!!” Jawabku usil juga.
Aku dan Putri pun berjalan ke arah tempat duduk di luar kelas yang menurutku aman. Kami pun duduk dan memulai topik pagi ini.
“Eh,, Bel, tau Nisa kan? Kakak kelas kita dulu” Tanya Putri.
“Mmm,,,tau, yang cantik itu kan?”
“Iya, iya benar, sesuai info yang gue dengar, katanya....”
“Apa sih?” tanyaku penasaran.
“Sini gue bisik”
“Dia cinlok alias cinta lokasi”
“Ha,, masa??” jawabku tidak percaya.
Tititititititit, bel masuk kelas berbunyi yang memaksaku harus mempending gosip kali ini.
“Udah bel tuh, ayo masuk kelas” ajakku pada Putri.
“Ayo” jawabnya.
Aku dan Putri pun bergegas ke kelas dan mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini. Setelah selesai mengikuti pembelajaran ke pembelajaran selanjutnya, akhirnya bunyi bel yang ditunggu-tunggu oleh semua siswa berbunyi. Aku pun pulang.
Waktu terasa sangat cepat berlalu, dan jam menunjukkan pukul 8 malam. Aku beranjak ke meja belajarku. Saat aku belajar tak sengaja kulirik kalender mungil yang sengaja kusimpan di dinding, pas di atas meja belajarku.
“Astaga, besok Putri ulang tahun, aku harus kasi kejutan.”  bisikku dalam hati. Aku harus beri sesuatu.
Esok paginya, aku sengaja bangun lebih pagi dan berangkat ke sekolah agak pagi juga. Aku akan mencari sesuatu untuk diberikan kepada Putri. Di tengah perjalanan aku tak sengaja bertemu dengan orang tua Putri.
“Eh, Tante, ngapain di sini?” tanyaku sekaligus menyapanya.
“Eh, Abel, tante lagi memesan kue ulang tahun buat Putri.
“Mmmm,,Tante boleh minta tolong sama Abel, nggak?”
“Boleh Tante, boleh!!” jawabku.
“Nanti di sekolah kamu cuekin Putri, ya? Kamu buat dia menangis. Pas pulang sekolah, nanti Tante dan Om memberi surprice sama Putri, bisa kan??” Tanya Mama Putri.
“Siap Tante” Jawabku menyanggupi permintaan Mama Putri.
Di sekolah aku benar-benar cuek sama Putri, kasihan sih ngelihatnya, tapi lucu juga.
“Abel!” Teriak Putri. Aku benar-benar harus berakting kali ini. Aku pun tak menghiraukan  panggilan Putri. Dia benar-benar menagis kali ini.
“Yes, aku berhasil,” gumanku dalam hati.
Sepulang sekolah, orang tua Putri datang dan memberikan surprice kepada Putri.
“Selamat ulang tahun Putri, maaf yah, aku cuekin kamu karena perintah orang tuamu,” kataku sembari memeluk Putri.

Sepulang sekolah, aku menuju ke rumah dengan muka yang kurang sedap. Aku iri
dengan perhatian orang tua Putri terhadapnya. Padahal orang tua Putri sama dengan orang tuaku. Di tengah perjalanan aku meneteskan air mata. Sejauh ini aku jarang bertemu Ayah dan Ibu, aku sangat sedih.
Sesampainya di rumah, aku langsung mengambil buku diariku dan langsung menulis curhatku. Menurutku, buku ini tidak ember bocor seperti apa yang biasa dilakukan teman-temanku.
“Dear... aku juga ingin seperti Putri, diberi surprice sama orang tua mereka. Aku ingin.”
Begitulah apa yang kutulis dan kusimpan di bawah bantalku. Besok lusa aku ulang tahun, dan kurasa tidak ada yang spesial.
Waktu berlalu begitu cepat, dan tepat di hari ulang tahunku, kurasa tidak ada yang spesial. Seperti biasa, aku harus berangkat ke sekolah dengan harapan ada yang spesial.
Aku benar-benar heran hari ini. Sesampai di sekolah kulihat Putri seperti berbisik-bisik dengan teman yang lain.
“Hari ulang tahun yang sial” gumanku dalam hati.
Hari ini aku benar-benar bosan di sekolah. Sepulang sekolah aku dikagetkan dengan kedatangan Ayah, Ibu, dan Indo Serri, beserta teman-temanku di belakang mereka, kemudian menyanyikan lagu “Happy Birthday.” Ayah dan Ibu memelukku.
“Selamat ulang tahun, Nak. Maafkan Ayah  karena terlalu sibuk dengan pekerjaan.” ucap ayah.
“Selamat ulang tahun Abel, maafkan ibu, yah?? ucap ibu sembari memelukku.
Yang bisa kuucapkan sekarang adalah “Kalian jahat” dan tertawa, ini benar-benar kado terindah. “TAK ADA ORANG TUA YANG TIDAK MENYAYANGI ANAKNYA” ucapku dengan senyum dikulum.


Demikianlah cerita pendek cerpen persahabatan. Semoga Bermanfaat. Terima Kasih telah mengunjungi Blog Kami.

Thursday, February 2, 2017

3 Cerita Rakyat Aceh yang Paling Terkenal

Cerita Rakyat Aceh -  Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki budaya yang berbeda-beda. Salah satunya adalah cerita daerah atau cerita rakyat. Ada banyak macam cerita rakyat yang ada di nusantara. Hal ini disebabkan karena masing-masing daerah mempunyai letak geografis dan karakteristik masyarakat yang berbeda. Cerita rakyat merupakan narasi yang yang diciptakan serta diceritakan oleh masyarakat secara turun temurun. Melalui cerita rakyat kita dapat mengetahui kearifal lokal daerah tersebut. Melalui cerita rakyat pula, kita dapat mempelajari dan mengenal identitas dari suatu kelompok masyarakat yang di zaman modern ini semakin sulit untuk ditemui. Nah, untuk mengenalkan apa itu cerita rakyat, coba baca postingan di bawah ini yaitu 3 Cerita Rakyat Aceh yang Paling Terkenal. Semoga bisa memberikan inspirasi dan pesan moral bagi Anda sekalian.

3 Cerita Rakyat Aceh yang Paling Terkenal

1. Putroe Phang (Puteri Pahang-Putroe Kamaliah)


Pada abad ke-17 Kesultanan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Iskandar Muda mengalami masa keemasan dan termasuk salah satu kekuatan adi daya di dunia khususnya di kawasan Selat Malaka.

Di balik kesuksesan seorang laki-laki selalu ada orang perempuan di balik layar. Bagi Sultan Iskandar Muda, perempuan di balik layar itu adalah permaisurinya yang bernama Puteri Pahang yang dalam bahasa Aceh lebih dikenal dengan sebutan Putroe Phang.

Perkenalan Sultan Iskandar dengan Puteri Pahang ini berawal ketika Aceh Darussalam berhasil menaklukkan Pahang. Bersamaan dengan itu, keluarga istana Pahang bersama sekitar 10.000 penduduknya berimigrasi ke Aceh untuk memperkuat pasukan Sultan Iskandar Muda.

Sultan Iskandar Muda rupanya tertarik dengan seorang puteri dari Pahang yang bernama Puteri Kamaliah. Puteri Kamaliah kemudian dinikahi Sultan Iskandar Muda dan diangkat menjadi permaisurinya. Karena Puteri Kamaliah berasal dari Pahang, rakyat Aceh memanggilnya dengan Putroe Phang.

Puteri Kamaliah masyhur karena cerdas dan bijaksana dalam memutuskan persoalan yang dihadapi masyarakat Aceh Darussalam. Pada suatu hari, terdapat kasus pembagian harta waris dengan dua ahli waris yakni seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Adapun harta yang menjadi objek pembagian adalah berupa sawah dan rumah. Diputuskan bahwa anak perempuan mendapatkan sawah sedangkan anak laki-lakinya mendapat rumah.

Anak perempuan tersebut tidak menerima keputusan tersebut dan melakukan banding. Mendengar kasus tersebut, Putroe Phang langsung meresponnya dan membela perempuan tersebut dengan argumen bahwa wanita tidak mempunyai rumah dan tidak dapat tinggal di meunasa (mushola) sedangkan anak laki-laki dapat tinggal di mushola. Oleh karena itu, yang layak menerima rumah adalah wanita sedangkan yang layak menerima sawah adalah anak laki-laki. Argumen Putroe Phang itu kemudian disetujui oleh Sultan Iskandar Muda.

Sejak itu, Puteri Kamaliah yang lebih dikenal oleh masyarakat Aceh sebagai Putroe Phang itu menjadi rujukan dalam penyelesaian masalah hukum.

Kerja sama Sultan Iskandar Muda yang gagah, berani, dan adil dengan Permaisuri Putroe Phang yang bijaksana dan selalu membela rakyat yang lemah terutama wanita dan kaum papah mengantarkan kejayaan Aceh menuju masa keemasan.

Di samping Permaisuri Putroe Phang yang berkontribusi bagi pembangunan Aceh Darussalam, terdapat pula beberapa lembaga pemerintahan. Secara struktural, Sultan Iskandar Muda merupakan pemimpin eksekutif tertinggi yang dibantu beberapa pejabat tinggi. Mereka adalah Qadhi Malikul Adil dengan empat orang mufti di bawahnya, Menteri Dirham (keuangan), Baitul Mal yang dibawahnya ada Balai Furdhan (bea cukai).

Di samping lembaga eksekutif terdapat pula lembaga musyawarah yang terdiri atas:
1. Balairung Sari, terdiri atas empat anggota hulubalang
2. Balal Gading, terdiri atas 22 ulama
3. Balai Majelis Mahkamah Rakyat (Parlemen), terdiri atas 73 anggota yang mewakili setiap mukim (daerah), Aceh Darussalam dibagi atas 73 mukim.

Balai Sari dan Balai Gading masih merupakan rumpun lembaga eksekutif sedangkan Balai Majelis Mahkamah Rakyat masuk dalam rumpun lembaga legislatif.

Lembaga-lembaga ini secara resmi dibentuk pada tanggal 12 Rabiul Awal 1042 (1633) dan ditulis dalam suatu undang-undang yang disebut dengan Qanun Al-Asyi Darussalam.

Perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan Puteri Kamaliah dianugerahi seorang puteri yang bernama Puteri Sari Alam yang menikah dengan Sultan Iskandar Tsani dan setelah suaminya itu meninggal Puteri Sari Alam naik tahta menjadi Sultanah dengan gelar Sultanah Tajul Alam Safiatuddin.

Sultan lskandar Tsani juga dikenal dengan Raja Mughal. Ia adalah putera dan Raja Ahmad Syah Pahang. yang termasuk keluarga Pahang yang dibawa Sultan Iskandar Muda ke Aceh. Nama asli Puteri Pahang adalah Puteri Jamilah (ada yang menyebut “Kamaliah”) yang juga terkenal dengan nama Putroe Phang. Menurut satu riwayat. perkawinan Puteri Pahang dengan Sultan Iskandar Muda berlangsung setelah melalui peristiwa yang sangat luar biasa.

Pada suatu hari Sultan Pahang bersama Permaisurinya yang bernama Puteri Jamaliah (Putroe Phang) menghadap Sultan Iskandar Muda dan dalam pertemuan itu Sultan Pahang yang bernama Raja Abdullah (Raja Raden) menyatakan mengetahui niat suci Iskandar Muda menaklukan kerajaannya demi memperjuangkan agama dan menyingkirkan kawasan Melayu dan imperialis Barat dan untuk itu rela menceraikan istrinya untuk dinikahi Sultan Iskandar Muda.

Setelah mendapatkan persetujuan dan keluarga permaisuri Puteri Sendi Ratna Indra (permaisuri pertama). Sultan Iskandar Muda bercerai dengan Puteri Sendi Ratna Indra. Setelah masing-masing istri menyelesaikan masa iddahnya, Sultan Iskandar menikah dengan Puteri Jamaliah dan Raja Abdullah menikah dengan Puteri Sendi Ratna lndra.

Bukti cinta Sultan Iskandar Muda terhadap Putroe Phang adalah bangunan Gunongan. Bangunan ini dibangun untuk membuktikan cintanya kepada Putroe Phang.

Putroe Phang sangat berpengaruh dalam pemerintahan dan penyusunan undang-undang kerajaan sampai-sampai lahir semboyan:

Adat bak Poeu Meureuhom
Hukum bak Syiah Kuala
Qanun bak Putroe Phang
Reusam bak Bentara

Artinya:
Adat dari Marhum Mahkota Alam
Hukum dan Syiah Kuala
Qanun dan Puteri Pahang
Resam dan Bentara (‘uleebalang)

Adat meukoh reubung
Hukum Meukoh purih
Adatjeutabarangho takong
Hukum hanjuet barangho takih

Artinya:
Adat dapat dipotong seperti memotong rebung
Hukum seperti memotong sagak (hujung buluh keras)
Hukum tak dapat diatur dengan semena-mena
(melainkan wajib didasarkan Quran dan Hadis)

Ketika Putri Phang mangkat, upacaranya dilakukan dengan megah dan khidmat. Kain jendela dan tirai Istana Keraton Darud Dunia diganti dengan kain warna hitam. Upacara pelepasan dilaksanakan dengan khidmat seperti dilukiskan oleh Muhammad Junus Djamil sebagai berikut:

“Ketika jenazah diturunkan dan Istana, Sultan Iskandar Muda turun di depan, didampingi dua bentara keraton yang berpakaian serba hitam berselempang merah. Yang di sebelah kanan memegang pedang terhunus bersandar di bahu kanannya dan yang disebelah kirinya memegang payung hitam terbuka yang disebut Payoong panyang-go. Di Mideuen (halaman istana) telah siap segenap barisan dan setelah berhenti sejenak tampil ke muka bentara Keujruen Tandil Keraton Darud Dunia (Tandil Mujahid Chik Seri Dewa Purba) untuk mengucap berita duka dan memohon doa selamat kepada Allah SWT serta selawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Keranda jenazah yang berhias serba indah dengan hiasan keemasan dan permata diletakkan di atas tandu keemasan yang berbentuk segitiga. Masing-masing ujung segitiga dipikul oleh tiga pembesar dan tiga dewan negara, yaitu dewan Mong-mong Angkatan Laut, Angkatan Darat. Didepan sekali berdiri Ketua Dewan Mufti empat (Khuja Madinah) yang lebih terkenal dengan Khuja Pakeh yang berpakaian serba putih (sorban dan jubah) dengan tongkat di tangan kanannya. Di belakangnya diikuti dua pembesar negara Perdana Menteri Seri Ratna Bijaya Sang Raja Meukuta Dilamcaya yang bernama Orang Kaya Seri Maharaja Laila dan Qodli Malikul Adil, keduanya memegang jambangan air mawar yang dibuat dari emas berhias permata. Di belakang mereka, dua orang Bentara yang membawa jambangan teurapan-geutanggi yang mengeluarkan asap dari pembakaran ramuan-ramuan setanggi yang harum semerbak baunya.

Di sebelah kanan keranda (peti jenazah) berdiri Laksamana Meurah Ganti yang berpakaian serba hitam, berselimpang merah serta pedang yang terhunus bersandar di bahunya. Di sebelah kiri berdiri Bentara Tandil (Datuk Bendahara Muhammad Tun Sari Lanang) yang mengembangkan payung kuning keemasan yang berumbai mutiara ke atas keranda dan beliau juga berpakaian hitam dan teungkulook leumbayung di kepalanya, serta berselempang merah. Di bagian belakang jenazah (diantara dua cabang tandu) berdiri Seri Sultan Iskandar Muda yang diikuti di belakangnya sebelah kanan oleh Putera Mahkota (Poteu Cut) dan di belakang sebelah kiri adalah menantu beliau, Pangeran Husain Mughayat Syah bin Sultan Ahmad Perak. Di belakangnya barulah barisan menteri-menteri dan raja-raja serta iringan yang berjumlah ratusan mengikuti di belakang mereka.

Setelah selesai ucapan berita duka barisan bergerak menuju Masjid Raya Baiturrahman dan setelah selesai upacara shalat jenazah, jenazah kembali ke Kraton Darud Dunia dan terus menuju ke pemakaman raja-raja/Sultan. Keranda jenazah dibawa masuk ke dalam makam lalu dilaksanakan upacara pemakaman. Yang turun ke dalam liang lahat adalah Laksamana Meurah Ganti dan Datuk Bendahara Muhammad Tun Seri Lanang (Bentara Tandil Samalanga). Ke dalam Keranda ditungkanlah emas urai (pasir tanah) sekitar tubuh jenazah Putroe Pahang, keranda (peti mati) ditutup lalu di timbun dengan tanah sebagaimana biasa dan acara pemakaman selesai. 



2. Sejarah Tapaktuan dengan Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga


Alkisah, di zaman dahulu kala, di Aceh Selatan hidup sepasang naga. Sepasang naga ini memiliki anak perempuan yang disebut Putri Naga atau Putri Bungsu. Putri ini cantik jelita. Putri nan rupawan ini, menurut cerita didapat dari laut lepas disaat selesai badai dahsyat yang menenggelamkan sebuah kapal dari daratan Cina.

Konon, pada saat itu, sepasang naga tersebut sedang menyusuri lautan yang bergelombang. Si Naga jantan tiba-tiba berhenti, tertegun memperhatikan sebuah titik hitam di tengah laut. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Lama-lama titik hitam itu kian mendekat ke arah sang naga disebabkan oleh arus gelombang laut. Si Naga Jantan dan Betina terus memperhatikan titik hitam itu. Ketika titik hitam itu semakin mendekat, Sang Naga melihat adanya kayu pecahan dari sebuah kapal dan di antara kayu-kayu tersebut terdapat seorang bayi mungil tersangkut di atas kayu yang mengapung.

Bayi mungil ini terapung-apung dipermainkan ombak hingga akhirnya sepasang naga itu menolong dan mengasuhnya di sarang mereka. Karena sepasang naga tersebut tidak mempunyai keturunan lalu bayi mungil itu mereka jadikan sebagai anak pungut dan diberi nama dengan Putri Bungsu atau lebih dikenal dengan nama Putri Naga. Syahdan, sepasang naga dan si putri bungsu mendiami sebuah daratan di sekitar Desa Batu Itam (nama sekarang) Kecamatan Tapaktuan Aceh Selatan.

Sepasang naga itu sangat senang mendapatkan putri berbentuk manusia. Dengan suka cita sepasang naga tersebut mengasuh dan merawat si putri. Sementara itu, setelah selamat dan menepi ke darat orangtua kandung si Putri (asal dari Cina) begitu sedih kehilangan buah hatinya setelah perahu mereka kandas dihempas badai dahsyat. Mereka berpikir bahwa anak perempuan kesayangannya sudah hilang tenggelam dalam laut, sehingga dengan perasaan pilu mereka pun kembali ke negeri asal dengan menumpang kapal dagang lain.

Kedua Naga itu sangat menyanyangi putri pungut mereka. Bahkan, Naga betina selalu memeluk putri kecil itu dalam cengkeramnya agar tidak hilang. Layaknya anak-anak, Putri bungsu setelah sadar dari pingsannya, ketakutan dan menangis sejadi-jadinya begitu melihat sosok Naga yang menyeramkan. Walaupun sedih, sepasang naga tersebut berupaya agar Putri bungsu tidak merasa ketakutan dan mau menerima mereka sebagai keluarga barunya. Seiring waktu, Putri bungsu akhirnya menerima keadaannya dan bergaul dengan hangat dengan sepasang naga tersebut.

Saking sayangnya pada Putri Bungsu, naga jantan menciptakan tempat bermain nan indah di gunung itu. Mulai dari tempat pemandian si putri hingga tempat-tempat lainnya dipenuhi agar Putri Bungsu suka dan tidak pergi dari mereka. Semua  itu dilakukan agar Putri Bungsu betah tinggal bersama mereka.

Sementara itu waktu terus bergulir. Putri Bungsu pun sudah merangkak remaja. Kedua ekor naga tersebut sangat memuji akan kecantikan Putri Bungsu. Matanya sedikit sipit, kulit yang putih serta pembawaannya yang anggun membuat sepasang naga makin sayang kepada Putri Bungsu. Mereka sangat memanjakan sang putri. Sementara itu, Putri Bungsu yang bertahun-tahun tinggal dan menetap bersama dua ekor naga dalam sebuah gua mulai merasa tidak betah. Berkali-kali dia meminta pada ‘orangtua asuhnya’ agar diperkenankan untuk melihat daratan dan melihat orang-orang, namun kedua naga tidak menyetujui. Dalam anggapan mereka, apabila si putri diizinkan keluar, maka kemungkinan untuk ditinggalkan sudah tentu ada. Itulah sebabnya Putri Bungsu tidak pernah dibawa ke daratan.

Hingga pada suatu hari, Putri Bungsu bertekat untuk segera meninggalkan kediaman orang tua asuhnya tersebut. Niat untuk melarikan diri ini pun dirancang dengan matang sehingga kedua naga yang cerdas itu tidak mengetahui. Hari demi hari terus berlalu, Putri Bungsu yang jelita semakin patuh pada aturan sang naga. Hal ini membuat sepasang naga yakin dan percaya bahwa si putri tidak akan meninggalkan mereka. Oleh karena itu, sering terlihat sepasang naga pergi mengarungi lautan dan meninggalkan Putri Bungsu sendiri di gua kediaman mereka.

Putri Bungsu bukanlah gadis yang bodoh. Walaupun sering ditinggalkan sendiri sehingga peluang untuk pergi terbuka, tapi demi menjaga kepercayaan sang naga kepadanya, dia membiarkan keadaan tersebut berlangsung. Bahkan, pada suatu hari ada terlihat sebuah kapal yang melaju agak dekat dengan kediamannya. Dalam hatinya merasa sangat gembira manakala terlihat olehnya manusia-manusia yang berpakaian rapi berdiri di anjungan kapal. Saat itu dengan berani, Putri Bungsu mulai sering menampakkan diri di pinggir gua agar kehadirannya di situ menjadi perhatian setiap kapal yang lewat.

Hingga pada suatu ketika, di saat sepasang naga berpamitan untuk pergi agak lama sehingga harus meninggalkan sang putri sendirian digua. Putri Bungsu sangat girang karena dalam kurun waktu tersebut, rencana untuk melarikan diri akan terlaksana. Begitulah, setelah puluhan kilometer naga berlalu, ada sebuah kapal berlayar dan kebetulan sudah menyaksikan keelokan sang putri dan nakhkoda kapal pun segera bersandar di dekat pulau itu kemudian membawa Putri Bungsu berlayar. Biasanya, setiap kapal tidak berani dekat-dekat dengan pulau tersebut karena sering bertiup angin kencang dan sering membuat awak kapal sangat kerepotan menjaga agar tidak tenggelam. Hal ini disebabkan oleh ulah kedua naga itu yang tidak ingin tempat mereka didekati.

Setelah Sang Putri berlayar, di tempat lainnya, Naga betina merasa hatinya tidak nyaman sehingga memutuskan untuk kembali ke kediaman mereka. Namun betapa bingungnya kedua naga itu karena keberadaan putri bungsu tidak terlihat. Seluruh sudut pulau itu mereka susuri namun Putri Bungsu sudah hilang. Naga Betina sangat sedih sementara itu naga jantan marah.

Akhirnya diputuskan untuk mencari Putri Bungsu di lautan lepas. Sasaran mereka adalah kapal-kapal yang lewat. Kebetulan di lautan terlihat sebuah titik hitam yang melaju dekat dengan sebuah pulau besar. Dengan segera kedua naga tersebut mengejarnya. Setelah mengintai, mereka melihat Putri Bungsu berada di sana. Kedua naga sangat marah, mengira Putri mereka diculik manusia sehingga kapal dan seluruh penumpang menjadi terancam. Dengan ketakutan, seluruh penumpang kapal berteriak-teriak. Angin membawa teriakan mereka pada sebuah gua yang bernama Gua Kalam. Di dalamnya terdapat seorang tua yang sedang bertapa. Orang tua ini disebut dengan Tuan Tapa. Tuan Tapa yang mendengar jeritan dan teriakan ketakutan merasa tidak tentram. Lalu, Tuan Tapa mengambil tongkatnya dan keluar dari gua. Dengan kesaktiannya, Tuan Tapa melihat dengan jelas di tengah lautan terjadi perkelahian antara sepasang naga dengan penumpang kapal.

Tanpa menunggu, Tuan Tapa kemudian mengubah ukuran tubuhnya menjadi besar. Setelah itu dengan pesat, Tuan Tapa menengahi perkelahian yang tidak seimbang itu. Namun sepasang naga yang sudah kalap berbalik menyerang Tuan Tapa. Karena terjadi gelombang besar akibat gerakan sepasang naga itu, Kapal pun terlempar jauh. Perkelahian antara sepasang naga dengan Tuan Tapa berlangsung seru. Bertubi-tubi kedua naga menyemburkan api dari mulutnya sementara ekor dan cakar mereka tidak ketinggalan menyerang. Begitulah, berkat kesaktian dari Tuan Tapa, semua serangan sepasang naga berhasil diredam.

Hingga pada suatu ketika, Tongkat Tuan Tapa berhasil mengenai tubuh naga jantan sehingga hancur terberai. Darahnya memancar keluar, sebagian besar terpencar ke bagian pesisir dan membeku. Sementara hati dan jantungnya juga tercampak ke pesisir (daerah ini disebut dengan desa Batu Itam atau Batu yang menghitam). Naga Jantan mati dengan tubuh hancur.

Melihat pasangannya mati, Naga betina ketakutan lalu melarikan diri. Demi menghindar dari kematian, Naga Betina yang panik lari tanpa tujuan dan menabrak sebuah pulau lainnya sehingga pecah menjadi dua pulau (selanjutnya disebut dengan Pulau Dua, berada diwilayah laut Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan).

Sementara itu, akibat dari pertempuran antara sepasang Naga dan Tuan Tapa, masih meninggalkan jejak berupa tongkat. Setelah dipugar, Tongkat itu, dipercayai sebagai tongkat Tuan Tapa.

Kemudian, Bagaimana nasib sang Putri? menurut cerita, Sang Putri akhirnya kembali hidup normal layaknya manusia dan hidup bahagia bersama kedua orangtuanya didaratan cina.

Dan Lagenda ini telah diperkuat dengan beberapa bukti yang telah ditinggalkan oleh Si Tuan Tapa berupa Tongkat dan Topinya yang berada di tengah laut Tapaktuan dan hanya bisa di lihat dari sebuah gunung yang bernama Gunung Lampu menjelang pasang sudah surut. Kemudian sebuah Tapak kaki dan makam Tuan Tapa yang ukurannya besar.


3. Amat Rhang Manyang



Tersebutlah sebuah desa yang berada di sekitar Krueng (Sungai) Peusangan, desa yang menyimpan ribuan misteri dan cerita yang menjadi teladan dalam hidup. Cerita yang akan terus dikenang oleh masyarakat di sana dan diceritakan kepada masyarakat lainnya juga. Desa yang berjejer rumah-rumah gubuk di sepanjang jalan. Dalam desa ini terkenal dengan seorang pemuda yang tampan, bijak, pandai, rajin, dan berbakti kepada orang tua.

Amat (Ahmad) Rhang Manyang, itulah nama pemuda yang mulai menginjak usia remaja ini. Remaja yang biasa disapa Amad ini menyibukkan diri dalam kesehariannya sebagai buruh tani di desa. Hanya menamatkan pendidikan dasar di Dayah desa seberang, dia menggali ilmu-ilmu yang terpendam di lingkungannya, belajar pada alam dan bertanya pada Tuhan. Tak ada keputusasaan dalam menjalani hidup meski terkadang harus makan nasi dua kali sehari, baginya itulah rezeki yang sudah ditentukan setelah berusaha dan berdoa.

Waktu yang terus berputar telah membawa Amat sebagai pemuda yang disanjung di desa. Pergaulan yang telah luas mengajari Amat untuk hidup lebih mandiri lagi. Apalagi sekarang dia hanya tinggal di sebuah gubuk bambu dengan ibunya yang telah renta. Penghasilan dari buruh tani mulai terasa kurang dan ini harus diatasi oleh Amat.

“Mak, bukan Amad tidak lagi bisa bersyukur atas rezki yang telah diberikan Allah, tetapi alangkah baiknya jika Amad mencari kerja ke luar desa”, Kata Amad pada suatu sore pada Mamaknya sambil menikmati ubi rebus dengan duduk beralaskan tikar tua.

“Tapi kita masih bisa mencari rezeki di sini Nak”, Jawab Mamak

“Betul Mak, bukan pula aku bosan bekerja seperti ini di desa, tetapi bukankah berusaha itu wajib? Bukankah bekerja itu juga ibadah? Jadi apa salahnya jika Amad pergi merantau?” Ahmad berbicara datar sambil menyandarkan kepalanya ke lutut Mamaknya yang melukiskan dekatnya dua insan ini dalam kemanjaan Ibu dan Anak.

Sambil membelai lembut rambut ikal di kepala Amad dan memandang dalam-dalam ke anaknya, Mak Minah berujar “Haruskah Ananda merantau meninggalkan Emakmu di sini sendiri, dalam kesepian dan dalam kepapaan?”.

Amad tersentak dengan kata-kata yang keluar dari bibir perempuan yang sedang mengusap lengan legamnya itu.

“Mak, bukan begitu maksud Amad, anak mana yang tega meninggalkan ibunya jika kepergiannya itu tidak mendesak dan untuk kepentingan Emaknya juga? Mak, Amad merantau untuk membahagiakan Emak, untuk hidup seperti hidup orang lain. Bahagia dunia akhirat”. seakan hendak bersimpuh dengan meneteskan air mata ketulusan Amad berujar dengan terbata-bata takut hati Emaknya sedih.

Setelah mengobrol cukup lama, akhirnya Mak Minah tak bisa menahan lagi keinginan anak satu- satunya dan penyangga hidupnya selama ini. Tempat dia bercerita dan menyunggingkan senyum.

Hari terus berlalu hingga tibalah saatnya Amad berangkat dengan perlengkapan seadanya. Dia hendak merantau ke negeri seberang dan perjalanan akan dilalui dengan kapal air dari Krueng Peusangan.

“Nak, rajinlah beribadah di sana, rajinlah berdoa dan tegarlah dalam berusaha. Hidup di negeri orang harus membawa bekal ilmu dan akhlak dari asalmu. Janganlah mereka mengubahmu tapi tularkan kebaikan pada mereka”. ujar Mak Mina.

“Mak, akan Amad ingat pesan Mak sebagai pendamping dalam bekerja. Amad hanya akan pergi beberapa tahun dan akan kembali untuk bersama Emak. Jaga diri Emak baik-baik”.

Mereka saling melemparkan kata-kata perpisahan hingga suara sirine kapal mulai terdengar. Memegang tangan Mak Minah, memeluk dan mencium kening penuh rona tua dan akhirnya berlutut mencium kaki Emaknya, Ahmad pamitan dan berangkat merantau. Mak Minah masih berdiri di dermaga menatap hilangnya kapal yang ditelan berlikunya Krueng Peusangan. Air mata bercucuran karena inilah pertama mereka berpisah setelah hidup belasan tahun bersama-sama. Ketika hari beranjak senja, Mak Minah pun melangkahkan kaki-kaki gontainya menuju gubuk tua.

Kapal terus berlayar menyusuri sungai yang jernih dengan lompatan ikan-ikan di dalamnya. Amad terpesona dengan keindahan panorama sungai dan hutan di sekelilingnya yang rimbun, hijau, dan anggun. Kini kapal telah membelah laut menuju negeri seberang, negeri idaman Amad, negeri yang akan mewujudkan cita-citanya.

Akhirnya Amaad tiba di negeri seberang dan bekerja pada seorang saudagar kaya. Dia diterima sebagai tukang pikul barang-barang di dermaga. Amad bekerja dengan tekun, berdoa dengan ikhlas dan mendoakan kedua orang tuanya.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tak terasa lebih sepuluh almanak Ahmad telah hidup di rantau orang. Negeri yang kini telah ditaklukkan dengan ilmu dan nasehat yang pernah diajarkan Mak Minah. Ahmad telah menjadi orang terpandang di sana, dan kini juga telah menjadi bangsawan setelah mempersunting anak saudagar tempatnya bekerja. Tuan Amad kini harus mengurus usaha mertuanya dan itu sangat menyita waktu. Tak ada lagi waktu beribadah dan tak dibutuhkan lagi berdoa. Semua terkikis tergores batu kemewahan dan kenikmatan dunia.

“Kanda, Dinda rindu akan kampung halaman Kanda!” istri Amad berkata dengan kejujuran ketika mereka berjalan di taman yang mewah.

“Tapi Kanda sibuk sayang, tak ada waktu untuk bisa meninggalkan ini semua” Amad berekilah

“Bukankah Kanda pernah berjanji akan membawa Dinda berkunjung ke negeri Kanda dan bertemu Ibunda di sana? Bukankah janji harus ditepati?” Istri Amad mulai merayu dengan kata-kata manis sehingga luluhlah hati Amad.

Dalam kesendirian Amad juga merindukan kampung halamannya, Krueng Peusangan, Emaknya, dan sahabat-sahabatnya.

Setelah semua dipersiapkan, berangkatlah sebuah kapal mewah untuk mengarungi lautan menuju ke Tanah Rencong, tanah kelahiran Tuanku Ahmad Rahmanyang. Perlengkapan yang berkecukupan dan pengawal yang gagah berani turut menyertai pelayaran ini.

“Kanda, inikah tanah yang pernah Kanda ceritakan? Inikah hutan dan sungai yang indah itu?” ujar Istri Amad dengan takjubnya.

“Iya Dinda. Dan sebentar lagi kita akan sampai di Istana Kakanda Ya..!", Amad menceritakn kisah bahwa dia adalah anak saudagar dari bandar Peusangan.

Setibanya di dermaga Krueng Peusangan semua kru dan pengawal turun dan melihat keindahan alam Peusangan.

Mak Minah yang mendengar kepulangan Amad bergegas menuju dermaga, tak lupa juga dia membungkuskan makanan kesukaaan anaknya. Hatinya berbunga-bunga dan rasa sakit yang selama ini di deritanya seakan sembuh total.

“Alhamdulillah Ya Allah, Engkau telah kabulkan doa hamba ini...!”, bisik lirih hati Mak Minah sambil melangkah lamban ke dermaga.

Amad sedang bercanda dengan sahabat-sahabat lamanya, dengan penduduk yang masih mengenalnya dan suara wibawanya ketika Mak Minah juga tiba di sana.

“Amad,, Amad,, Amad anakku!”, panggil Mak Minah sambil menyeruak dalam kerumanan manusia yang sedang meneriman bingkisan dari Amad.

“Amad, lihatlah Emakmu ini Nak. Amad...!!” Mak Minah terus berteriak tapi Amad seakan tak mendengar sehingga istrinya berbisik.

“Kanda, ada ibu tua yang memanggil Kanda. Dia memanggil “anak” kepada Kanda, siapakah dia?” Bisik Istrinya

“Kanda tak kenal Dinda, mungkin penduduk baru di sini..!”, kata Amad dengan suara yang terdengar oleh Emaknya.

“Amad, ini Emakmu Nak!” kata Mak Minah lagi ketika mereka sudah berhadap-hadapan.

“Emak, aku tak punya Emak seperti kamu, Orang tuaku adalah saudagar bukan fakir sepertimu”, Amad berontak dalam dirinya dan demi menjaga wibawa di hadapan Istri dan pengawalnya dia rela tak mengakui Emaknya.

“Amad, ini Emakmu, lupakah kamu kepada Emak?”, tanya Mak Minah sambil menangis.

“Aku tak lupa, tapi karena kau bukan Emakku maka aku tak kenal. Pengawal, tangkap perempuan ini dan seret dia jauh dari hadapanku!”, perintah Amad kepada pengawal.

Lalu beberapa pengawal menyeret Mak Minah, Dengan muka basah air mata Mak Minah berdiri, melemparkan tongkat dan berujar

“Ya Allah, jika benar saudagar yang berdiri di depanku ini adalah Amad maka kutuklah dia bersama pengawal dan harta bendanya menjadi bukit …!”, doa Mak Minah terhenti ketika petir mulai menyambar. Ahmad tersentak tapi semua sudah terlambat, doa ibu renta begitu cepat dikabulkan terhadap anaknya yang durhaka tak mengakui Emaknya. Dalam sekajap Ahmad, Istrinya, Pengawalnya dan seluruh harta bendanya termasuk Kapalnya berubah dan menyatu menjadi sebuah Bukit.

Sampai sekarang di desa tersebut masih terlihat sebuah Bukit berbentuk kapal yang dinamai “Glee Kapai” (Bukit Kapal)


Demikianlah 3 kumpulan cerita rakyat aceh, Terima kasih telah mengunjungi Blog Kami

Kisi-Kisi Ujian Nasional Tahun 2017

KISI-KISI UJIAN NASIONAL
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
TAHUN 2017


Level Kognitif
Lingkup Materi
Membaca Nonsastra
Membaca Sastra
Menulis Terbatas
Menyunting Kata, Kalimat, dan Paragraf
Menyunting Ejaan dan Tanda Baca
Pengetahuan dan pemahaman
·   Mengidentifikasi
·   Menentukan
·   Memaknai
·   Menentukan makna kata/kalimat pada teks.
·   Menentukan informasi tersurat teks.
·   Menentukan bagian teks.
·   Menentukan makna kata dalam cerpen dan fabel.
·   Menentukan makna tersurat dalam cerpen dan fabel.
·   Menentukan bagian cerpen dan fabel
·  Melengkapi istilah/kata dalam kalimat.
·   Menunjukkan kata yang tidak sesuai kaidah.
·   Menunjukkan kalimat yang tidak sesuai kaidah.
·  Menunjukkan kesalahan penggunaan ejaan.
·  Menunjukkan kesalahan penggunaan tanda baca.
Aplikasi
·   Menyimpulkan
·   Menggunakan konsep/prinsip
·   Menentukan ide pokok teks.
·   Menyimpulkan isi teks.
·   Menyimpulkan pendapat pro/kontra dalam teks.
·   Meringkas isi teks.
·   Menyimpulkan makna simbol dalam cerpen dan fabel.
·   Menyimpulkan isi tersirat dalam cerpen dan fabel.
·   Menyimpulkan sebab/akibat konflik.
·  Menyusun urutan kalimat berbagai jenis teks.
·  Melengkapi paragraf.
·  Melengkapi bagian teks (eksposisi, deskripsi, ulasan, dan lain-lain)
·   Menggunakan kata bentukan (mengisi kata sesuai kaidah bentukan kata)
·   Mengisi konjungsi dalam kalimat.
·  Menggunakan ejaan.
·  Menggunakan tanda baca.






Level Kognitif
Lingkup Materi
Membaca Nonsastra
Membaca Sastra
Menulis Terbatas
Menyunting Kata, Kalimat, dan Paragraf
Menyunting Ejaan dan Tanda Baca
Penalaran
·   Mengevaluasi
·   Membandingkan pola (menganalisis)
·   Menanggapi
·   Memvariasikan
·   Membandingkan penggunaan bahasa dan pola penyajian beberapa jenis teks.
·   Menilai keunggulan/kelemahan teks.
·   Mengomentari isi teks.

·   Membandingkan pola pengembangan cerpen dan fabel.
·   Membandingkan penggunaan bahasa cerpen/fabel.
·   Menunjukkan bukti latar dan watak.
·   Mengomentari unsur intrinsik karya sastra.
·  Memvariasikan kata.
·  Memvariasikan kalimat.
·  Menulis dengan ilustrasi tertentu.
·  Mengubah teks ke bentuk lain.
·   Memperbaiki kesalahan penggunaan kata, kalimat, dan ketidak paduan paragraf.
·   Menentukan alasan kesalahan penggunaan kata, kalimat, dan ketidak paduan paragraf.
·  Memperbaiki kesalahan penggunaan ejaan
·  Memperbaiki kesalahan penggunaan tanda baca.
·  Menentukan alasan kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca.





Barru, Februari 2017