Saturday, February 4, 2017

2 Cerita Cerpen Persahabatan Paling Populer

Cerita Cerpen Persahabatan - Cerpen adalah cerita yang mengisahkan satu sisi kehidupan manusia dengan segala liku-liku kehidupannya. Salah satu jenis sisi kehidupan manusia yang sering menjadi tema dalam cerpen yaitu "persahabatan". Persahabatan yang terjalin dalam kehidupan, khususnya masa-masa sekolah sungguh menarik untuk dijadikan cerita. Cerpen persahabatan dapat mengantarkan memori kita untuk kembali mengenang masa-masa remaja, ketika kita masih duduk di bangku sekolah bersama dengan teman-teman. Persahabatan memang sesuatu yang penuh warna dan membuat hidup kita berharga. Seperti  kisah persahabatan di dalam 2 cerpen persahabatan berikut:

2 Cerita Cerpen Persahabatan Paling Populer


1. Pramuka Satukan Kami


           Aku Rachel Anggraini, teman-teman di sekolah biasa memanggilku Rachel atau Chel. Aku anak bungsu dari Jamaluddin, seorang guru olahraga di Sekolah Dasar  dan Harnita, seorang perawat di Puskesmas. Aku sekolah di SMP favorit di daerahku. Aku masih kelas VIII tepatnya di kelas VIII.1, yaa itu kelas unggulan. Di sekolah aku mendapat rangking 1 kelas dan umum, itu sudah cukup untuk ibu dan ayahku sedikit memanjakanku. Aku memang dimanjakan oleh ayah dan ibu tapi bukan berarti aku harus dibacakan dongeng sebelum tidur. Cara ibu dan ayah memanjakanku berbeda dengan orang kaya yang memanjakan anaknya. Aku punya dua orang kakak, Kakak pertamaku adalah laki-laki,namanya Randika Saputra, Dika,itulah nama yang biasa dipanggilkan untuk kakakku yang satu ini, Aku sendiri memanggilnya kak Dika. Kak Dika suka sekali makan dengan lauk telur mata sapi. Aku sering disuruh kak Dika untuk buatin telur mata sapi,tapi tentu aku harus diberi imbalan. Biasanya kak Dika meminjamkan komputernya untuk kumaini, kurasa cukuplah. Kak Dika sudah kuliah semester 4, dia kuliah di Universitas Hasanuddin.  Sekarang kakak keduaku namanya Ravika Oktaviani, kak Vika masih duduk di bangku SMA kelas XI. Kak Vika mendapat peringkat 2 di sekolahnya,aku bangga punya kakak seperti dia, tapi dia pelit pinjamin HP-nya ke adik sendiri meskipun begitu, kak Vika lah yang selalu setia membantu aku mengerjakan PR.

          Di Sekolah, aku punya banyak teman. Aku memang tipe orang yang mudah bergaul. Di kelas VIII.1 sendiri aku punya teman dekat, yang lain menyebutnya dengan sahabat, namanya Ayu Putriana Dewi, namanya sih sedikit rempong sama kayak orangnya rempong. Ada yang memanggilnya Ayu, Dewi atau Putri, tapi yang lebih akrabnya dia dipanggil Ayu. Ayu sudah menjadi sahabatku sejak kelas VII, dia cantik dan menjadi idola cowok-cowok di sekolah, tapi entah kenapa Ayu hanya terlihat cuek,dia memang agak sensi untuk masalah cowok. Dia peringkat 3 di kelas, yaa dia sainganku di kelas, tapi dia sahabatku di luar. Di kelas juga ada Fitri, dia orangnya paling gak bisa yang namanya bercanda. Jadi susah diajak omong, sedikit-sedikit sudah tersinggung.Ada juga yang namanya Dela, Dela ini sih enak banget diajak bercanda tapi dia cengeng, baru kesenggol dikit sama meja, eeh udah nangis. Nah,  kalau yang namanya Bayu orangnya asik banget di kelas, kalau dia nggak hadir kelas sepi banget,dia orangnya jahil, songong, enak diajak bercanda, bahkan guru yang mengajar di kelas pun mau diajak bercanda. VIII.1 memang Is The Best, itulah motto kelas VIII.1.

         Temanku bukan hanya di kelas VIII.1, aku punya teman yang namanya Sari dari kelas VIII.3, dia orangnya enak diajak bercanda, jahil, tapi dia paling nggak bisa jaga perasaan orang lain. Ada juga yang namanya Winda, dia pemalas,maunya nyuruh-nyuruh orang lain, pokoknya sikapnya itu selalu ingin seperti ratu.Winda dari kelas VIII.2, aku sebenarnya malas temanan sama dia, tapi Winda yang selalu ingin temanan sama aku,nggak tau kenapa. Sari paling sensi sama Winda, tapi tetap aja diajak omong, diajak bercanda, sampai akhirnya bertengkar deh mereka.

         Aku, Ayu,Winda, dan Sari adalah salah satu anggota Pramuka di sekolah, dan akhir-akhir ini kami sangat disibukkan dengan latihan pramuka. HUT pramuka ke 53 memang tinggal menghitung hari, yah 3 hari lagi. Sekolah kami akan  mengikuti lomba-lomba yang di selenggarakan pada HUT pramuka ke-53 nanti. Setiap sore kami latihan bahkan kami tidak mengikuti pelajaran di pagi hari.Pramuka di sekolah kami dibina oleh Ibu Bayanti dan Ibu Santi. Dalam pramuka aku bertindak sebagai Pratama, yaa aku pemimpin di pramuka sekolahku. Karena aku pemimpin aku akan terlalu sibuk untuk latihan dan lomba yang aku masuki memang agak banyak dan memerlukan latihan. Aku dan Winda secara khusus mengikuti lomba semaphore, Sari lomba bivak potrable, dan Ayu lomba pionering.

“ Winda, tolong ambil semaphore di aula, kita latihan ”perintahku kepada Winda.

“ Aku capek Chel, kamu ajah yang ambil ”tolak winda yang sudah mengundang kata-kata kasarku.

“Capek apalagi sih Win, kamu kan tidak latihan apa-apa tadi, sedangkan aku, aku capek habis ngurusin peralatan yang akan kita bawa nanti ”emosiku mulai meludak.

“ Kamu kan pemimpin,dan memang sudah sepantasnya kamu melakukan semua itu ”jawab Winda seenaknya.

Aku hanya bisa mengelus dada mendengar itu, aku merasa di soroti dengan posisiku sebagai pemimpin. Ayu datang menenangkanku, untung saja Sari sedang latihan, kalau Sari ada,mereka pasti akan bertengkar lagi.

“Kenapa lagi si nenek lampir itu Chel? ”Tanya Ayu.

“Ada setan malas merasukinya ”jawabku sinis.

“Kurasa setan malas nenek lampir itu sudah mendarah daging dengannya, sehingga siapapun dukun yang berusaha mengeluarkannya tidak akan mampu ”jawab Ayu dengan nada meledek.

Aku tertawa lepas dengan Ayu seketika itu.Aku dan Ayu bergegas mencari kesibukan lain sebelum ibu Santi melihat kami.Ayu dan aku pergi mengambil tongkat dan menyusunnya, dan lagi-lagi kami harus lewat di depan si pemalas itu.

“ setan malas menjiwaimu “ teriak Ayu ketika lewat di depan Winda, tapi entah kenapa dia tak merasa,huuu sungguh tidak peka.

“lalu di mana Sari?” tanyaku mencari-cari Sari.

“masih latihan di sana”jawab Ayu.

“untunglah, kalau dia ada di sini bakalan perang lagi”jelasku menghembuskan nafas.

Latihan sore ini sudah cukup, akupun mengumpulkan temanku untuk memberi arahan seperti yang ibu Bayanti perintahkan. Kutiup sempritan tanda berkumpul. Teman-temanku pun berkumpul.

“ bershap 2, laksanakan”perintahku dan segera mereka menurutinya.

Aku mulai memberi arahan kepada mereka.

“teman-teman sekalian, kurasa latihan kita sore ini sudah cukup, mengingat HUT pramuka ke 53 sudah di depan mata, saya minta kesungguhan teman-teman dalam latihan, dan pada saat perkemahan nanti saya sangat mengharapkan kedisiplinan, solidaritas,d an kesadaran teman-teman untuk mempertanggungjawabkan tugas masing-masing, sekian dan terima kasih "ucapku menutup arahan yang sebenarnya kutujukan kepada Winda, tapi entah, dia belum peka, huu kasian sekali kau Winda, tidak peka-peka juga yah.

“ Tanpa aba-aba penghormatan, bubar barisan, jalan” kuakhiri latihan sore ini dan kubergegas pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, bukannya aku disambut baik, aku malah disambut “si hitam tanpa manis” sama kak Vika. Aku tertawa mendengarnya lantas kubalas “aku hitam bukan karena pramuka” sambil menjulurkan lidahku ke kak Vika.

“Dasar anak bandel, takkan ku pinjami kau barang-barangku”teriak kak Vika dengan nada kesal.

“Biarin, aku aduin ayah”ancamku balik yang membuat kak Vika tertawa.

Aku merasa bersyukur karena di sekolah aku punya masalah yang sudah sangat berat kurasa, ternyata di rumah mereka sangat menyayangiku.Terimakasih kak.

“Capek sayang?”Tanya ibu mengagetkanku.

“Tentu ibu, tapi melihat ibu masak masakan enak, hilanglah capekku” kataku menggoda ibu.

“Iya tentu, untuk anak ibu, Rachel, hahah” ibu menggodaku balik.

“Ya sudah,mandi dulu, terus kita makan bersama” perintah ibu.

“Sip ibu sayang” jawabku kemudian berlalu pergi ke kamarku.

Aku pun mandi, beban yang kutanggung terasa berlalu pergi yang diganti dengan kebahagiaan di rumah ini.setelah mandi aku pun berdandan biar tidak diledekin si hitam lagi sama kakak nyebelin itu.

“Rachel, ayoo makan” teriak ibu memanggilku.

“Iyaa ibu” jawabku.

Aku pun melangkah pergi ke meja makan. Di meja sederhana itu sudah ada ayah, ibu, kak Vika, lantas kak Dika mana?

“Kak Dika mana ibu?” tanyaku seraya duduk di kursi.

“Pergi sama temannya, sudahlah ayo makan!” jawab ibu.

“Perhatian banget sama kak Dika” ledek kak Vika saat makan.

“Ya iyalah, kak Dika nggak pelit nggak kayak kak Vika” aku pun tertawa.

“Sudah-sudah ayo makan” cegah ayah.

Makan malam kali ini benar-benar berbeda, aku sangat bahagia. Wajah Winda yang ngeselin itu larut dalam kebahagiaan yang kurasakan sekarang ini.

“Nah setelah ini Rachel sama Vika cuci piring yah” perintah ibu menggoda.

“Aaa ibu, kak Vika aja tuh, dia kan lebih tua” tolakku manja.

“Heh apa-apaan, si hitam tuh ibu seharusnya” bela kak Vika.

“Sudah sekarang kalian berdua cuci piring, kalau sudah ibu punya cemilan enak banget” sorot mata ibu menggoda kami.

Aku dan kakak nyebelin itu akhirnya cuci piring, yah berkat godaan ibu. Terasa bahagia malam ini. Setelah cuci piring aku dan Vika pergi ke ruang keluarga, ayah dan ibu tampaknya sedang menonton sinetron favorit mereka, yah “tukang bubur naik haji”, cape deh.

“Anak sekolah sekarang pergi tidur” perintah ibu kepada aku dan kak Vika.

“Iyah ibu” jawabku serentak kak Vika.

“Selamat malam ibu, selamat malam ayah, selamat malam monster” kataku kemudian berlalu pergi ke kamarku, kudengar kak Vika mengomel-ngomel sendiri gara-gara kubilangi monster. Sebelum tidur kupersiapkan peralatan sekolahku untuk besok. Malam ini aku tidak belajar karena nggak ada tugas. Dan sebelum tidur kuberdoa semoga setan malasnya Winda hilang dan kalau tidak hilang semoga aku tidak bertemu dengan Winda.

Perlahan kubuka mataku, sepintas cahaya kulihat yang membuat aku harus membuka lebar-lebar mata ini. Langsung kulihat wajah cantik ibu yang sedang membua jendelaku pertanda aku harus bangun. Ibu menunjuk jam dan kulihat.

“Apa yang harus kamu lakukan sayang?” Tanya ibu memulai percakapan di pagi yang cerah ini.

“Mandi” jawabku kemudian berlari ke arah kamar mandi.

Setelah mandi dan memakai seragam sekolah, aku bergegas ke meja makan. Sudah terlihat ayah, ibu, dan uuh kaka nyebelin itu. Setelah makan aku pamit pada ayah dan ibu dan aku bergegas ke sekolah. Kulihat cuaca hari ini sangat cerah. Semoga nasibku hari ini juga cerah, harapanku.

Sesampainya di sekolah aku sudah disambut sama temanku yang rempong ini, Ayu.tak lama setelah itu, terdengar panggilan untuk anggota pramuka. Aku dan Ayu bergegas ke aula ,entah hal apalagi yang akan ibu Bayanti sampaikan.

“Rachel, arahkan temanmu untuk membentuk barisan karena ibu akan memberi sedikit arahan” perintah ibu Bayanti kepadaku dan aku langsung melaksanakannya. Setelah mengatur posisi mereka aku memasuki barisan dan siap mendengar arahan dari ibu Bayanti, entah apa itu.

“Selamat pagi anak-anak” sapa ibu Bayanti

“Pagi bu” jawab kami serempak.

“Anak-anak, kegiatan kepramukaan tinggal 2 hari lagi, kalian tau? kita harus melakukan yang terbaik. Kita harus membawa nama baik sekolah kita. Seperti tahun lalu, sekolah kita berhasil membawa pulang sebuah piala bertuliskan juara 3 umum. Nah, untuk tahun ini kita targetak juara umum 2. Kita akan melakukan yang terbaik agar kita bisa membawa pulang sebuah piala yang lebih besar lagi di bandingkan tahun lalu, dan kita akan berusaha untuk mendapatkan juara umum 1. Untuk mencapai target kita itu, harus ada kerja sama antaranggota, mengerti anak-anak?” kata ibu Bayanti panjang lebar.

“Mengerti bu” jawab kami bersamaan.

“Dan untuk Rachel, sebagai pemimpin kamu harus mengkoordinir semua anggota-anggota kamu! mengerti?” itu yang diamanhkan bu Bayanti kepadaku.

“Mengerti bu”jawabku,aku akan berusaha bu.

Sekolah ini menargetkan juara umum 2, itu akan menjadi PR buat anak pramuka, aku akan berusaha. Kami akan berusaha. Kami akan membuat sekolah kami dikenal banyak orang. Dan seperti biasa kami akan latihan sore nanti. Pelajaran hari ini berlangsung sangat baik. Dan yah kurasa doaku memiliki nasib secerah cuaca tadi terkabul, aku sama sekali tidak mencium bau dari Winda.Yess, terkabul. Kata temannya sih dia lagi sakit, aku masa bodoh dengan itu. Sepertinya telah ada satu benci yang tertanam di hatiku untuk Winda, ah biarlah.Aku dan Ayu bergegas ke kelas sebelum bel masuk berbunyi.

Seperti kemarin, sore ini aku harus bergegas ke sekolah untuk latihan pramuka lagi, tapi aku nggak boleh mengeluh, target kami juara 2. oke fix aku akan berusaha.

Keesokan harinya anak pramuka tidak mengikuti pelajaran.  Jam pelajaran diganti dengan latihan pramuka, hari ini latihan terakhir, apalagi nanti sore kami tidak latihan, kami di suruh ibu Santi untuk istirahat persiapan besok. Ku kumpulkan teman-teman pramuka atas perintah ibu santi, dan akhirnya mereka berkumpul di aula. Sepertinya ada yang kurang, ohh Winda lagi. Aku benar-benar malas dengan orang yang satu ini. Kusuruh anak kelas 7 untuk mencari dia. Akhirnya dia datang dengan muka tak bersalah, lagi-lagi aku sensi melihat dia, terlebih Ayu dan Sari.

“Dari mana aja kamu?” tanyaku tegas.

“Aduh Rachel, dari kantinlah ke mana lagi” jawabnya dengan muka tak bersalah.

“Kamu tak mendengar panggilan untuk anak pramuka agar berkumpul di aula?” tanyaku lebih tegas sebagai seorang pemimpin.

“Dengar, tapi aku lagi makan tadi” jawabnya tertawa.

“Sekarang ambil posisi push-up” perintahku.

“Push-up? bercandakan Chel?” ujarnya kaget.

“Untuk apa bercanda? anak pramuka itu disiplin. Kamu tau disiplin kan? kegiatan pramuka itu besok Winda, besok,mengerti? Sekarang posisi push-up atau lari keliling lapangan?” ujarku memberi pilihan.

Akhirnya Winda mengambil posisi push-up. Aku benar-benar puas mengerjainya, Berhubung Bu Santi tidak ada. Rasain kamu Winda. Kudengar Bu Santi memanggilku ke ruang guru. Akupun bergegas pergi.

“Ada apa bu?” tanyaku kepada bu Santi.

“Kamu beri arahan tentang hal-hal yang harus ditaati di tenda nanti kepada teman-temanmu, tegasi mereka” perintah ibu Santi.

“Baik Bu”

Aku kembali ke aula dan memberikan arahan kepada teman-temanku.

“Teman-teman, kegiatan pramuka akan dilaksanakan besok, dan tentunya kita akan berkemah selama 5 hari. Sepulang nanti persiapkan barang yang akan dibawa besok. Yang saya minta kepada teman-teman sekalian, saat kegiatan nanti, tolong kalian disiplin, jangan bawa sifat malas kalian ke pramuka, apalagi ada cabang lomba kebersihan, tahun lalu kita meraih medali emas di situ, kita harus mempertahankannya. mengerti?” ujarku panjang lebar.

“Mengerti”jawab mereka kompak.

“Sekarang latihan sesuai tugas masing-masing!”

Aku dan Winda latihan semaphore. Aku yang mengirim berita, dia yang menerima berita.

“Kalau aku mengirim berita, kamu harus konsentrasi, mengerti?” nasehatku memperingatkan.

“Yah” jawabnya singkat yang membuatku kesal.

Latihan hari ini yang merupakan latihan teakhir kami akhiri, dan sekolah kami  siap mengikuti setiap lomba yang diadakan. Kami SIAP!!

Setelah latihan, aku membubarkan mereka. Akupun pulang ke rumah dan mempersiapkan barang yang akan kubawa besok. Sesampainya di rumah aku langsung mengemasi barang yang akan ku bawa.

“Loh, aku harus pakai tas apa? barangku banyak tapi tasku kan kecil” gumamku khawatir.

Aku langsung mengingat kak Dika, dia punya ransel yang cukup besar, baiklah akan ku pinjam, untung saja bukan tas kak Vika. Setelah meminjam tas dari kak Dika, aku memasukkan barang-barangku ke tas itu dan pakaianku siap. Aku tinggal meminta uang jajan kepada ayah. Semoga ayah bisa bersahabat hari ini, harapanku. Dan, yes aku berhasil membujuk ayah. Dia memberiku uang jajan Rp 100.000, huuh cukuplah untuk 5 hari. Malam ini aku tak menghabiskan waktuku dengan bertengkar dengan kak Vika, aku harus istirahat untuk besok, aku harus semangat.

Sepertinya ibu membangunkanku agak pagi hari ini. Ibu memang mengerti aku. Aku langsung bergegas mandi dan memakai seragam pramuka, dan makan bersama keluarga kecil ini.

“Kamu harus bawa juara pulang Rachel” harapan ayah kepadaku.

“Iya, semoga ayah” jawabku singkat.

Dalam hatiku selalu berdoa agar bisa membanggakan sekolah ini dan mewujudkan harapan ayahku. Untuk hari ini aku diantar ayah ke sekolah,karena barang-barangku agak banyak. Sesampainya di sekolah kulihat sudah banyak yang datang dan sudah tampak ibu Bayanti mengurus mereka. Aku sapa mereka dengan senyum khasku. Ku lihat ibu Bayanti bicara dengan Pak Kepala Sekolah dan meminta kami agar berkumpul. Segera kami berkumpul. sepertinya pak kepala sekolah akan memberi arahan.

“Anak-anakkku sekalian, kalianlah yang terpilih sebagai duta sekolah ini, jangan kecewakan sekolah ini, banggakanlah,mengerti?” kata Pak Kepsek.

“Mengerti pak” jawab kami.

“Mobil jemputan sudah datang, kalian berangkatlah, hati-hati, dan ingat, banggakan sekolah ini” ternyata mobil sudah datang, ku masih merenungkan kata-kata Pak Kepsek tadi. Aku benar-benar sangat bertekad untuk membanggakan sekolah ini.

Sesampainya di lokasi perkemahan kumerasa tertegun melihat lawan-lawan yang akan kami hadapi, huuh semangatku tidak boleh turun di sini.

“Banyak sekali” ternyata Ayu juga sangat tertegun melihat banyaknya lawan yang akan dihadapi.

“Jangan putus asa, kita bisa Ayu” aku memberi semangat kepada temanku ini.

Tak seperti aku dan Ayu,Winda malah tebar pesona saat itu, aku benar-benar eneg melihat dia. Kami langsung mengambil barang masing-masing ke lokasi. Kami akan mendirikan tenda. Kami segera mendirikan tenda dan sudah ada panggilan dari panitia untuk melakukan upacara pembukaan. Kami langsung menuju lapangan utama, dan aku sudah punya kenalan dari sekolah lain, menyenangkan. Upacara selesai dan sangat melelahkan. Kami langsung ke tenda beristirahat. Untuk hari ini tidak ada lomba, jadi yang harus aku buat sekarang adalah membuat jadwal kebersihan.

Hari ini kami tidak terlalu capek dan lebih banyak istirahat, untuk mempersiapkan untuk lomba besok. Hari terasa cepat berlalu dan di hari kedua ini, akan di adakan lomba bivak portable, ketapel, morse dan kompas. Aku yang akan mengikuti lomba kompas. degdegan yang kurasakan sekarang.  Sari yang mengikuti lomba bivak portable, sedangkan lomba yang lain diikuti oleh kakak kelas aku.

“Semangat Sari” aku memberi semangat kepada sari yang akan berlomba sekarang.

“Thanks, kamu juga”dia menyemangatiku balik.

“Medali emas beb” kataku.

“Semoga, doakan yah” jawab Sari.

Sari sudah pergi berlomba, semoga medali emas untuk ini. Selanjutnya panggilan untuk peserta lomba kompas, oh itu aku, degdegan ku semakin menjadi-jadi.

“Semangat yah Chel” kata Ayu.

“Ya Chel, semangat,medali emas” dan teman-teman lain menyemangatiku juga.

“Doakan”timpalku singkat.

Aku benar-benar degdegan saat akan lomba, tapi aku berusaha tenang. Saat lomba aku hanya menemukan sedikit kesuliatan, dan semoga medali emas untuk lomba ini. Aku pulang ke tenda dengan perasaan yang tidak terlalu khawatir karena aku tidak merasa begitu kesulitan dengan lomba kompas tadi. Sampai di tenda ternyata sari juga selesai lomba.

“Bagaimana Chel,lancer”Tanya Sari langsung ketika aku kembali ke tenda.

“Lumayan, kamu?” tanyaku balik.

“Iyaa, lumayan juga lah” jawabnya tersenyum.

Malam pun datang dan pengumuman untuk lomba hari ini akan diumumkan sebentar lagi. Aku berhasil meraih medali emas untuk kompas. Aku sangat senang.untuk sementara kami telah berhasil mengumpulkan 1 medali emas, 2 perunggu yaitu bivak dan ketapel.

Waktu terasa berlalu begitu cepat, dan tibalah hari di mana aku dan Winda akan berlomba semaphore di hari ke 4 ini.

“Ayo Win, sudah ada panggilan” panggilku kepada Winda

“Oke, ayo” jawabnya kecentilan.

“Dengar Win. kalau aku mengirim berita kamu harus konsen, jangan pedulikan apapun karena biasanya teks yang diberikan panjang dan waktu yang sangat singkat, jadi kamu harus konsen,mengerti?” aku menasehati Winda.

“Yah”jawabnya singkat yang mengundang emosiku.

Dan saat lomba aku sudah sangat serius dan emosiku benar-benar datang,Winda hanya memperhatikan penonton sedangkan waktunya singkat, dan,aku tidak berhasil memberikan informasi yang lengkap. Selesai lomba, aku langsung pulang dengan muka yang marah, tak kupedulikak lagi Winda yang centil itu.

“Chel, tunggu” kurasa Winda mengejarku.

Aku tak menghiraukannya dan sesampainya ke tenda aku langsung merebahkan diri, kulihat raut wajah temanku heran.

“Ke mana Bu Bayanti dan Bu Santi” tanyaku kepada mereka.

“Ke pasar” jawab mereka terlihat bingung.

Ibu Bayanti dan ibu Santi tidak ada, aku benar-benar akan meluapkan emosiku kepada Winda. dan ketika Winda datang dengan wajah tak bersalah aku langsung marah-marah padanya.

“Winda, kenapa kamu tidak konsentrasi tadi, haaa?”tanyaku dengan emosi.

“Tadi aku mendengar ada yang memanggilku di antara penonton itu” jawabnya santai.

“Apa? dengar! berita yang aku kasi menjadi tidak lengkap karenamu. Aku menargetkan medali emas untuk semaphore, dan aku tidak mau semuanya hilang hanya karena kecentilan kamu, mengerti kami Winda!!” temanku yang lain terlihat sangat kaget mendengar aku marah-marah dan kulihat Winda juga sudah merasa tidak enak denganku.

“Maafkan aku Chel, aku ceroboh” jawabnya meminta maaf kepadaku.

“Ceroboh? yah kamu sangat ceroboh, kamu mau mengecewakan sekolah kita? Kamu mau pulang dengan tangan kosong, tidak kan! Kamu benar-benar arrrgggg” emosiku benar-benar meludak sekarang.

“Maafin aku Chel”Winda terlihat ingin menangis.

“Medali kita seri dengan SMP Handayani, dan yang jelas kita sudah dikalah sama SMP Teladan. Kamu mau dikalah dengan SMP Handayani? iyaa?” Aku tak mau berhenti mengomel dan kulihat Winda sudah tak mampu berbuat apa-apa lagi. Saat aku mengomel pengumuman lomba semaphore, dan, sangat buruk,medali perunggu untuk kami.aku sudah tak mampu mengomel lagi. Aku kecewa terlebih dengan Winda.

“Aku minta maaf Chel, aku salah” Winda merengek minta maaf kepadaku, aku belum bisa menaggapinya.

“Teman-teman, ayo masuk ke sini” Perintahku menyuruh teman-temanku masuk yang dari tadi menguping di luar.

“Medali kita seri dengan SMP Handayani, dan yang jelas kita sudah dikalah sama SMP Teladan, Harapan kita satu-satunya adalah kebersihan, kita harus meraih medali emas untuk ini, kita harus bawa pulang juara 2, mengerti?” Aku memberi pengertian kepada teman-temanku.

“Mengerti” jawab mereka kompak.

Besok adalah pengumuman kebersihan, dan kami harus membersihkan tenda sekarang juga, dan besok juga adalah pengumuman juara umum. Aku dan teman-teman segera membersihkan tenda, ku lihat Winda sangat antusias membersihkan, kurasa dia telah sadar, tapi aku masih marah padanya.

Keesokan harinya adalah waktu yang kami tunggu-tunggu. Sudah ada panggilan dari panitia untuk melaksanakan upacara penutupan sekaligus mendengarkan pengumuman juara. Semoga nasib baik berpihak kepada kami.

“Juara 1 lomba kebersihan adalah SMP Unggulan” terdengar pengumuman dari panitia.

Kami bersorak bahagia, termasuk Winda.

“Pengumuman juara umum untuk kegiatan pramuka tahun ini, juara 3 SMP Handayani, juara 2 SMP Unggulan, dan juara 1 SMP Teladan”

Sungguh bahagianya kami, akupun pergi ke tempat penerimaan puala. Saat menerima piala, aku benar-benar sangat bahagia. Kami berhasil membawa pulang sebuah piala bertuliskan juara umum 2. Aku dan teman-temanpun kembali ke tenda dengan membawa pulang sebuah piala bertuliskan juara umum 2.

“Chel” panggil Winda.

“Aku minta maaf” katanya.

“Sudahlah, aku sudah memaafkan, dan kita berhasil Win” aku memeluk winda dan temanku yang lain.

“Sepertinya pramuka berhasil merubah Winda dari nenek sihir yang malas menjadi peri yang rajin” ledek Ayu.

Kami benar-benar bahagia saat itu, dan Sari lebih akrab lagi dengan Winda. Pramuka telah menyatukan aku, Sari, Ayu, dan Winda menjadi sahabat.

Seberapa besarpun kesalahan kita selama kita mau memperbaikinya itu akan berhasil,dan sebesar apapun kesalahan orang lain kepada kita, kita harus memaafkannya karena itu akan berakhir bahagia.



2Kado Terindah untuk  Abel
                                                                                          



Aku Abel Tri Ningtyas, teman di sekolah biasa memanggilku Abel. Di sekolah aku mempunyai teman dekat Putri namanya. Teman-teman biasa menyebut kami berdua sebagai sahabat sejati. Aku bersekolah di SMP Sayang Ibu dan duduk di bangku kelas IX.3. Guru menjulukiku sebagai seorang siswa teladan, selain aku rajin, aku juga termasuk siswa yang berprestasi di sekolah. Aku mendapat peringkat satu di kelas, yah itu cukup membuatku mempunyai kebanggaan tersendiri.
Abel Tri Ningtyas, ada kata Tri di namaku, aku anak ketiga dari tiga bersaudara. Tapi di rumah aku seperti anak tunggal, aku hanya ditemani oleh seorang ibu yang wajahnya sudah keriput, dia ini sering memanggilku “Terri” karena katanya waktu kecil aku suka menangis, “terri” dalam bahasa Bugis berarti menangis, itulah sehingga dia memanggilku “Terri” pelesetan dari namaku “Tri”  . Aku sendiri memanggilnya “Indo Serri,” simpilnya sih aku panggil dia “Indo”. Indo Serri adalah seorang pembantu rumah tangga di rumahku yang sudah bekerja selama 13 tahun di rumahku. Indo Serri adalah sosok orang yang sabar, dia mengurusiku sejak kecil, dan oleh karena itu, aku tidak pernah menganggapnya sebagai seorang pembantu. Hanya Indo Serri temanku di rumah. Ibu dan Ayah sibuk dengan pekerjaan mereka, bahkan aku jarang bertemu ayah dan ibu. Mereka pulang sangat larut malam dan perginya pun sangat pagi sekali. Saat aku membuka mata, hanya wajah keriput Indo Serri dengan senyum simpul saja yang kutemui. Kedua kakakku sudah berkeluarga dan mereka bekerja sebagai TKI di Malaysia. Aku hanya bertemu mereka apabila ada acara keluarga dan hari lebaran Idul Fitri.
“Ah sudah larut malam” gumanku ketika melirik jam dinding di kamarku yang sudah menunjukkan angka 10. Seketika itu aku merapikan buku-buku yang baru saja kupelajari. Aku berangkat ke kasur mungil itu dan lelap dalam tidurku.
“Terri,,,,,Terri,,,, bangun, nanti telak ke sekolah” Kata-kata itu adalah kata-kata yang sering kudengar setiap paginya.
Seketika itu aku membuka mataku pelan-pelan, seperti biasa yang pertama kulihat adalah senyum dari wajah keriput Indo Serri.
“Selamat pagi Indo” sapaku mengawali pagi yang cerah ini.
“Selamat pagi Terri,,,ayo bergegas mandi, kemudian sarapan, sarapannya sudah siap di meja” Indo menjawab sapaanku.
“SIAP!!” Jawabku dan seketika itu aku beranjak ke kamar mandi untuk mandi sesuai perintah Indo.
Setelah siap, kuajak kendaraan mungil itu ke rumah keduaku. Aku ke sekolah mengendarai motor metic mungil yang dihadiahkan ayah saat aku berumur 13 tahun, tepat saat aku masih duduk di kelas VIII.
Sesampainya di sekolah, ku tuntun motor itu ke parkiran sekolah.
“Morning Abel yang imut” sapa Reza, cowok yang paling usil di sekolahku.
“Morning kodok” jawabku simpel.
Dari parkiran aku berjalan ke kelasku. Sesampainya di kelas sudah hadir ibu-ibu yang sedang ngegosip. Ngegosip itu sudah menjadi rutinitas setiap paginya di kelasku.

“Morning Abel” Sapa Putri kemudian menghampiriku.
“Morning too Putri” Jawabku riang.
“Ngegosip Yuk!” Ajak Putri usil.
“Ayo!!” Jawabku usil juga.
Aku dan Putri pun berjalan ke arah tempat duduk di luar kelas yang menurutku aman. Kami pun duduk dan memulai topik pagi ini.
“Eh,, Bel, tau Nisa kan? Kakak kelas kita dulu” Tanya Putri.
“Mmm,,,tau, yang cantik itu kan?”
“Iya, iya benar, sesuai info yang gue dengar, katanya....”
“Apa sih?” tanyaku penasaran.
“Sini gue bisik”
“Dia cinlok alias cinta lokasi”
“Ha,, masa??” jawabku tidak percaya.
Tititititititit, bel masuk kelas berbunyi yang memaksaku harus mempending gosip kali ini.
“Udah bel tuh, ayo masuk kelas” ajakku pada Putri.
“Ayo” jawabnya.
Aku dan Putri pun bergegas ke kelas dan mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini. Setelah selesai mengikuti pembelajaran ke pembelajaran selanjutnya, akhirnya bunyi bel yang ditunggu-tunggu oleh semua siswa berbunyi. Aku pun pulang.
Waktu terasa sangat cepat berlalu, dan jam menunjukkan pukul 8 malam. Aku beranjak ke meja belajarku. Saat aku belajar tak sengaja kulirik kalender mungil yang sengaja kusimpan di dinding, pas di atas meja belajarku.
“Astaga, besok Putri ulang tahun, aku harus kasi kejutan.”  bisikku dalam hati. Aku harus beri sesuatu.
Esok paginya, aku sengaja bangun lebih pagi dan berangkat ke sekolah agak pagi juga. Aku akan mencari sesuatu untuk diberikan kepada Putri. Di tengah perjalanan aku tak sengaja bertemu dengan orang tua Putri.
“Eh, Tante, ngapain di sini?” tanyaku sekaligus menyapanya.
“Eh, Abel, tante lagi memesan kue ulang tahun buat Putri.
“Mmmm,,Tante boleh minta tolong sama Abel, nggak?”
“Boleh Tante, boleh!!” jawabku.
“Nanti di sekolah kamu cuekin Putri, ya? Kamu buat dia menangis. Pas pulang sekolah, nanti Tante dan Om memberi surprice sama Putri, bisa kan??” Tanya Mama Putri.
“Siap Tante” Jawabku menyanggupi permintaan Mama Putri.
Di sekolah aku benar-benar cuek sama Putri, kasihan sih ngelihatnya, tapi lucu juga.
“Abel!” Teriak Putri. Aku benar-benar harus berakting kali ini. Aku pun tak menghiraukan  panggilan Putri. Dia benar-benar menagis kali ini.
“Yes, aku berhasil,” gumanku dalam hati.
Sepulang sekolah, orang tua Putri datang dan memberikan surprice kepada Putri.
“Selamat ulang tahun Putri, maaf yah, aku cuekin kamu karena perintah orang tuamu,” kataku sembari memeluk Putri.

Sepulang sekolah, aku menuju ke rumah dengan muka yang kurang sedap. Aku iri
dengan perhatian orang tua Putri terhadapnya. Padahal orang tua Putri sama dengan orang tuaku. Di tengah perjalanan aku meneteskan air mata. Sejauh ini aku jarang bertemu Ayah dan Ibu, aku sangat sedih.
Sesampainya di rumah, aku langsung mengambil buku diariku dan langsung menulis curhatku. Menurutku, buku ini tidak ember bocor seperti apa yang biasa dilakukan teman-temanku.
“Dear... aku juga ingin seperti Putri, diberi surprice sama orang tua mereka. Aku ingin.”
Begitulah apa yang kutulis dan kusimpan di bawah bantalku. Besok lusa aku ulang tahun, dan kurasa tidak ada yang spesial.
Waktu berlalu begitu cepat, dan tepat di hari ulang tahunku, kurasa tidak ada yang spesial. Seperti biasa, aku harus berangkat ke sekolah dengan harapan ada yang spesial.
Aku benar-benar heran hari ini. Sesampai di sekolah kulihat Putri seperti berbisik-bisik dengan teman yang lain.
“Hari ulang tahun yang sial” gumanku dalam hati.
Hari ini aku benar-benar bosan di sekolah. Sepulang sekolah aku dikagetkan dengan kedatangan Ayah, Ibu, dan Indo Serri, beserta teman-temanku di belakang mereka, kemudian menyanyikan lagu “Happy Birthday.” Ayah dan Ibu memelukku.
“Selamat ulang tahun, Nak. Maafkan Ayah  karena terlalu sibuk dengan pekerjaan.” ucap ayah.
“Selamat ulang tahun Abel, maafkan ibu, yah?? ucap ibu sembari memelukku.
Yang bisa kuucapkan sekarang adalah “Kalian jahat” dan tertawa, ini benar-benar kado terindah. “TAK ADA ORANG TUA YANG TIDAK MENYAYANGI ANAKNYA” ucapku dengan senyum dikulum.


Demikianlah cerita pendek cerpen persahabatan. Semoga Bermanfaat. Terima Kasih telah mengunjungi Blog Kami.

1 comment:

  1. Gabung Di Sini, Lebih Banyak Menangnya !!!

    Taruhan di internet dan berbagai macam keuntungan yang besar, dan menyenangkan apa bila mendapatkan bonus dengan nilai berkelipatan yang lumayan besar tak akan ada orang yang menolak hal seperti itu. Rasakan sensasi menjadi bandar dengan peluang kemenangan mencapai 80%.

    JAGODOMINO menyediakan banyak permainan, jadi para peminat tinggal menyesuaikan permainan yang disukainya. Seringnya bermain di Jagodomino, akan semakin tinggi Turnover kamu, dan semakin banyak bonus yang kamu dapatkan.

    Info lebih lanjut silahkan hubungi CS 24/7 melalui :
    * LIVECHAT Jago188(dot)net
    * PIN BBM : 2AF6F43D
    * WA : +855717086677
    * LINE : Jagodomino

    ReplyDelete